TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Indonesia berpeluang menjadi basis produksi motor gede alias alias big bike dengan kapasitas mesin di atas 500 cc yang produknya bisa diekspor ke negara lain, seperti yang selama ini dilakukan Thailand.
Syaratnya, Pemerintah Indonesia harus membenahi dulu berbagai regulasi yang menghambat inisiatif besar ini, agar big bike yang diproduksi di Indonesia kompetitif di pasar dalam negeri maupun ekspor.
Asisten GM Marketing PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), Mohammad Masykur, Selasa (15/3/2016) mengatakan, Indonesia memiliki modal kuat menjadi basis produksi big bike bagi Yamaha. Karena, volume penjualan sepeda motor baru di Indonesia setiap tahunnya sangat besar.
"Kita pernah menembus angka penjualan sampai 8 juta unit setahun," kata Masykur.
Bandingkan dengan Thailand yang pasar domestiknya hanya mampu menyerap sekitar 1,5 juta unit motor baru setiap tahunnya.
Pertanyaannya, "Mengapa Thailand yang volume produksinya lebih sedikit bisa kompetitif memproduksi moge. Itu artinya ada regulasi kita yang masih menghambat dan perlu dibenahi dulu," kata Masykur.
Dia menambahkan, pihaknya telah meminta bantuan AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), ke Pak Gunadi Sindhuwinata (Ketua Umum AISI) untuk berdiskusi dan melobi pemerintah agar regulasi yang menghambat tersebut dibereskan.
Aneka regulasi yang masih menghambat itu, lanjut Masykur, membuat Yamaha Indonesia baru mampu memproduksi motor berkapasitas mesin di bawah 500 cc. Sementara Yamaha Thailand bisa.
Padahal, secara teknologi, Indonesia memiliki kemampuan ke sana.
"Thailand dipilih Yamaha jadi basis produksi (big bike) mungkin karena regulasi yang diberikan pemerintahnya bagus. Misalnya pemberian insentif dan pajak yang bersahabat," kata Masykur.
Dia menyebutkan, skala ekonomis untuk bisa memproduksi big bike di Indonesia adalah permintaan pasar terhadap big bike minimum harus 5.000 unit per bulan.