Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM - Nissan tengah dalam kondisi krisis. CEO Nissan Makoto Uchida baru-baru ini menyatakan perusahaan sedang berada dalam mode darurat.
Untuk mengatasinya, Uchida menguraikan serangkaian langkah pemotongan biaya yang menyakitkan demi menjaga agar pembuat mobil tersebut tetap bertahan.
Sekitar 9.000 karyawan akan kehilangan pekerjaan mereka, sementara para eksekutif, termasuk Uchida sendiri, telah setuju untuk pemotongan gaji sukarela.
Menambah kekacauan, Nissan telah mengumumkan akan memangkas produksi di AS sebesar 17 persen. Langkah itu dilakukan karena merek tersebut melihat penurunan besar dalam produksi di seluruh dunia.
Di tengah situasi krisis tersebut, CFO Nissan Stephen Ma tampaknya akan meninggalkan Nissan atau paling tidak mengundurkan diri dari jabatannya.
Sebelumnya, di tengah situasi sulit yang dihadapi perusahaan, kurang dari dua tahun lalu, Ashwani Gupta mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Chief Operating Officer Nissan.
Menurut Carscoops, produksi Nissan turun di mana-mana kecuali di Meksiko, tempat pembuat mobil tersebut berhasil mempertahankan pertumbuhan.
Meskipun ada titik terang itu, penjualan global tetap datar, tidak memberikan banyak kelegaan bagi pembuat mobil yang sedang berjuang itu.
Untuk bertahan hidup, di antara hal-hal lainnya, Nissan perlu menangkap gelombang pesanan kendaraan hibrid sebanyak mungkin di Amerika Serikat, di mana ia tertinggal dari pesaing dalam elektrifikasi.
Baca juga: Nissan Tampilkan Deretan Model e-Power di GJAW 2024
Namun, mengurangi produksi untuk menghemat biaya dapat semakin membatasi kemampuannya untuk memenuhi permintaan pasar, sehingga menciptakan tantangan lain bagi produsen mobil tersebut.
Baca juga: Nissan Akan Jual Saham Mitsubishi, 9.000 Pekerja Berpotensi Terkena PHK
Jika CFO Stephen Ma benar-benar mengundurkan diri, orang yang akan menggantikannya pasti akan memiliki tugas berat di depan mereka dalam menavigasi pemulihan keuangan Nissan.