TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada pola waktu khusus yang menjadi favorit para pemudik.
Kalau tidak selepas subuh, ya selepas maghrib atau waktu berbuka.
Kedua waktu ini diyakini sebagai saat yang tepat untuk memulai perjalanan ritual kolosal ke kampung halaman.
Namun, siapa kira saat-saat favorit tersebut justru menjadi bumerang karena semua pemudik mempunyai pemikiran serupa, yakni meninggalkan Jakarta pada pukul 05.00 WIB-08.00 WIB dan 18.00-21.00 WIB.
Wakil Direktur Utama PT Lintas Marga Sedaya (LMS) Hudaya Arryanto menunjukkan statistik bahwa volume lalu lintas di Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) sangat fluktuatif, terutama pada jam-jam tersebut di atas.
"Kendaraan menumpuk pada dua momen tersebut. Semua berlomba keluar Jakarta setelah subuh dan adzan Maghrib setelah itu justru lengang," ujar Hudaya saat ditemui Tim Merapah Trans Jawa Komas.com, Jumat (1/6/2016).
Volume kendaraan yang melintasi Tol Cipali dan keluar di gerbang tol (GT) Palimanan pada H-5 Kamis (30/6/2016) pukul 06.00 WIB hingga Jumat (1/7/2016) pukul 06.00 WIB tercatat sebanyak 47.003 kendaraan.
KOMPAS IMAGES / KRISTIANTO PURNOMO - Kemacetan mengular sepanjang 18 kilometer di ruas tol Pejagan - Brebes Timur, Jawa Tengah, Jumat (01/07/2016). Puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada H-3 lebaran.
Jumlah ini melonjak 65 persen dari volume sehari sebelumnya yang tercatat 28.400 kendaraan per hari.
Pada saat normal, volume lalu lintas Tol Cipali dari arah Jakarta menuju GT Palimanan rata-rata sebanyak 12.000 kendaraan.
Dengan demikian volume kendaraan hingga Jumat pagi mencapai 4 kali lipat.
Untuk arus mudik tahun ini, kata Hudaya, puncak kepadatan diprediksi mencapai 65.000 hingga 70.000 kendaraan per hari yang akan terjadi pada Minggu (3/6/2016).
Karena itu, dia mengimbau untuk menghindari jam-jam favorit. Lebih baik mudik pada pukul 09.00 WIB-15.00 WIB atau pukul 12.00-WIB-17.00 WIB.
Walaupun panas, lanjut Hudaya, namun jalan tol biasanya lengang, karena puncak arus mudik terjadi pada pagi hari dan malam hari.