TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Toyota dan Daihatsu akan membuat sebuah perusahan baru yang melakukan riset dan pengembangan.
Perusahaan baru ini juga memproduksi model yang sama sekali berbeda dari yang ada saat ini untuk melayani pasar Asia sebagai strategi regional.
Proyek ini akan melibatkan melibatkan orang-orang ‘cabutan’ dari Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMI) dan Astra Daihatsu Motor (ADM), dua perusahaan pembuatan mobil.
Hal ini diungkapkan Hiroyuki Fukui, Presdir PT Toyota Astra Motor (TAM) di sela-sela Toyota Jamboree 2016 di Kota Kasablanka, Jaksel (21/10).
President Director TAM Hiroyuki Fukui. Perusahaan baru akan berdiri dalam kerjasama Toyota-Daihatsu yang baru.
“Nantinya perusahaan baru ini akan kerja bareng. Research and development akan bekerjasama. Daripada melakukan pembiayaan untuk teknologi hybrid secara terpisah,” ujar pria yang juga menjabat sebagai CEO Toyota Wilayah Asia, Middle East & North Africa Region ini.
Sedikit alasan yang diungkapkan Fukui yakni efisiensi dalam memproduksi mobil dengan konsumsi BBM yang rendah.
“Kami memiliki dua teknologi yang berbeda. Kami punya teknologi hybrid, Daihatsu punya kemampuan bagus bikin mobil kecil. Kenapa kami tidak mengkombinasikannya saja jadi lebih baik dan mudah,” terang pria yang masih memiliki satu jabatan lagi yakni President, Toyota Motor Asia Pacific Pte Ltd.
Menurutnya, perusahan baru nanti bukan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan. Melainkan memproduksi mobil yang mensupport negara-negara di Asia.
“Daihatsu punya ADM, Toyota punya TMMI. Tapi kami punya kemampuan masing-masing. Jadi kami bisa mengalokasikan (kemampuan) untuk saling mengisi kapasitas lebih efisien,” lanjutnya seraya bilang penjualan masih tetap dipegang ADM dan TAM.
Apakah nantinya akan memproduksi mobil hibrid untuk pasar Asia?
“Apapun yang datang kepada kami untuk merendahkan konsumsi bahan bakar, kami perlu mengaitkannya dengan teknologi. Saya pikir hybrid cukup kuat untuk bisa diwujudkan tapi saya enggak yakin. Bisa hybrid bisa electric vehicle,” terang Fukui.
Melihat Toyota kuat di hybrid apa mungkin masih mau mengembangkan mobil kecil berteknologi listrik?
“Electric vehicle tergantung pada pemerintah. Kalau ada charging station kami akan bikin,” ulasnya.
“Tapi mungkin hybrid lebih baik, lebih praktis”.
Disinggung akan bikin Low Cost Hybrid, Fukui spontan terkekeh.
“He he he. Itu bisa jadi judul. Kami enggak tahu, mungkin electric vehicle bisa membuat baterai dengan kemampuan yang lebih besar,” tepisnya.