TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Investasi bisa bermula dari hobi. Tengok saja, hobi Irvin Patmadiwiria. Direktur Investasi Ciptadana Asset Management ini memiliki kegemaran mengoleksi mobil klasik. Tak ayal, hobi itu kini berbuah menjadi investasi eksotik yang menguntungkan.
Awal mula Irvin berinvestasi pada mobil-mobil klasik terjadi di pertengahan 1990-an. Kala itu, masyarakat masih memandang mobil klasik hanyalah barang rongsokan semata. Harganya pun jauh lebih murah ketimbang sekarang.
Pria kelahiran 5 November 1968 ini pernah memiliki Fiat 2300. Mobil klasik tersebut ia dapatkan secara gratis dari mendiang Hasjim Ning, seorang pengusaha asal Indonesia yang juga dijuluki sebagai Raja Mobil Indonesia. Karena sudah tak terpakai, saya minta izin supaya mobilnya dikasih ke saya, ungkap Irvin.
Saat ini, menurut Irvin, Fiat 2300 yang tersisa tidak lebih dari lima unit di seluruh dunia. Ia pernah ikut dalam sebuah pameran di awal 2000-an dan mendapat tawaran senilai Rp 1,5 miliar untuk menjual mobil keluaran tahun 1961 silam tersebut. Karena tawaran yang diajukan tidak sesuai ekspektasi, dia menolak.
Dari situ, Irvin berpikir, mobil klasik bisa menjadi investasi yang menggiurkan. Lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) 1992 ini pun kembali mengoleksi mobil klasik hingga sekarang berjumlah 23 unit.
Mobil-mobil klasik tersebut Irvin simpan di rumahnya dan kediaman orangtuanya. Bahkan, sebagian ada yang dia tempatkan di garasi kantor Ciptadana Asset.
Mobil klasik menjadi portofolio investasi yang paling dominan dimiliki Irvin. Sisanya dialokasikan pada reksadana 25% serta deposito dan asuransi 5%.
Baca: Skytrain Mulai Diujicoba dari Terminal 2 ke Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta
Baca: Mahfud MD Desak KPK Segera Tahan Setya Novanto
Pernak-pernik mobil
Menurut Irvin, mengoleksi mobil klasik bisa jadi pilihan investasi alternatif yang menarik. Harga mobil klasik dapat tumbuh 500% dalam waktu 10 tahun. Pertumbuhan harganya jauh melebihi barang koleksi lain, seperti lukisan, arloji, atau furnitur, ucapnya.
Meski begitu, Irvin mengungkapkan, berinvestasi mobil klasik tidaklah mudah. Selain butuh modal yang tidak sedikit, tantangan terbesarnya berupa ketersediaan suku cadang dan pernak-pernik mobil klasik yang tergolong langka di Indonesia. Mau tidak mau, dia harus mengimpor dari negara lain.
Lelaki yang bergabung dengan Ciptadana Asset sejak 2014 ini pernah harus bersusah payah pergi ke Jepang hanya untuk mendapatkan pernak-pernik berupa logo untuk Mazda Cosmo miliknya.
Irvin menyebutkan, harga sebuah logo Mazda Cosmo yang akan diletakkan di bagian depan mobil keluaran tahun 1968 tersebut bisa mencapai US$ 1.000 dollar. Harga itu masih di luar ongkos kirim plus pajak.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1998 dan 2008 silam juga menyulitkan Irvin. Ketika dollar AS mencapai level Rp 20.000, saya tentu tidak bisa membeli apa-apa saat itu, ungkap Irvin.
Untuk itu, Irvin mengingatkan, perlu kesabaran dan semangat bagi siapapun yang ingin menjadikan mobil klasik sebagai kendaraan investasi. Ia sendiri butuh waktu hingga 10 tahun untuk membangun satu buah mobil klasik, sejak masih berupa barang rongsokan sampai menjadi barang yang punya nilai jual tinggi.
Di samping itu, Irvin menambahkan, tidak semua mobil klasik memiliki nilai investasi yang menarik. Seorang kolektor harus jeli memperhatikan prospek mobil klasiknya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Irvin juga menyarankan, agar kolektor pemula berinvestasi pada mobil klasik yang benar-benar sedikit dari segi jumlah. Semakin sedikit jumlah mobil klasik tersebut, maka semakin tinggi pula nilai investasinya kelak.
Reporter Dimas Andi