TRIBUNNEWS.COM - Teringat dengan ucapan teman beberapa waktu lalu yang mengatakan menyesal membeli mobil bermerek Y.
Alasannya karena meski harganya murah ternyata banyak biayayang harus dikeluarkan.
Padahal saat awal membeli sempat pamer ke saya sekaligus mengajak untuk mencoba. "Harganya murah bro, fiturnya banyak dan lengkap. Pokoknya ga nyesel deh," bangganya.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa biaya memiliki kendaraan hanya dihitung dari berapa uang yang dikeluarkan untuk bisa membeli mobil atau motor tersebut.
Sebenarnya banyak komponen lain yang harusnya diikut sertakan untuk menemukan angka yang lebih pasti.
Kalau dilakukan dengan kredit misalnya, hanya besarnya cicilan yang harus dikeluarkan selama jangka waktu tertentu itulah yang menjadi biaya kepemilikan mobil atau motor tersebut.
Padahal biaya kepemilikan kendaraan (Total Cost Ownership/TCO) tidak hanya masalah cicilan saja.
Namun menyangkut pula semua biaya yang harus dikeluarkan pemilik mobil/motor dalam waktu tertentu.
Mulai dari biaya cicilan, pajak, bahan bakar, perawatan, asuransi hingga penyusutan harga kendaraan tersebut. Termasuk biaya parkir dan biaya tol jika sering melewatinya.
Jadi sebelum membeli, calon konsumen bisa membandingkan kendaraan mana yang memiliki value lebih baik dan sesuai dengan kemampuannya mengeluarkan uang.
Belum tentu yang harganya lebih murah biaya kepemilikannya lebih rendah. Bisa jadi malah sebaliknya. Bisa akibat penyusutan harga yang tinggi atau biaya perawatan yang mahal.
Tak terlalu sulit sebenarnya untuk menghitung berapa besarnya biaya kepemilikan kendaraan itu.
Karena saat ini sudah mudah sekali mendapatkan semua data yang diperlukan untuk menghitung TCO.
Baca: Siasat Nissan agar Stigma Servis di Bengkel Resmi Selalu Kuras Isi Kantong
Misalnya, jika membeli low MPV yang sedang banyak diminati saat ini, anggap saja merek A. Harga beli misalnya sekitar Rp 246 juta
DP 30% plus biaya administrasi anggap saja konsumen harus siapkan dana sekitar Rp 80 juta.
Cicilan perbulan anggap saja Rp 4,9 juta/bulan selama 3 tahun.
Untuk servis dan komponen anggap saja Rp 1 juta. Biasanya tahun pertama lebih murah karena belum ada pergantian. Kalo ada ikut dimasukan
Ditambah lagi dengan pajak tahunan yang harus dibayarkan, anggap saja Rp 4 juta.
Lalu pengeluaran lainnya adalah biaya BBM. Secara kasar bisa dihitung dengan asumsi konsumsi BBM 10 km/liter dalam kota.
Sehari jalan 30 km kantor - rumah PP. Jadi sehari biaya BBM-nya 30 km/10 km =
3 liter x Rp 9.850 = Rp 29.550. Kalo perbulan dikali dengan 30 hari = Rp 886.500/bulan
Pertahun Rp 886.500 x 12 bulan = Rp 10.638.000
Biaya tambahan lainnya adalah biaya tol/hari PP Rp 9.500 x 2 = Rp 19.000 x 20 = 380.000 x 12 bulan = Rp 4,56 juta. Parkir juga dimasukan jika ada.
Biaya penyusutan setiap tahun anggap saja 10% x harga beli Rp 246 juta = Rp 24.600.000.
(Baca Juga: Lewat Jalan Tol Trans Jawa Bukan Cuma Urusan Uang, Tapi Juga Nyawa!)
Total biaya kepemilikan mobil ini selama setahun rata-rata adalah Rp 103.500.000. Terdiri dari :
Biaya cicilan Rp 58,8 juta
Pajak tahunan Rp 4 juta
Biaya Servis Rp 1 juta
Konsumsi BBM Rp 10,6 juta
Biaya tol Rp 4,5 juta
Biaya penyusutan Rp 24,6 juta
Jika perbulan tinggal dibagi 12 saja, Rp 103.500.000/12 = Rp 8.625.000.
Anggka di atas belum termasuk uang muka kredit pada tahun pertama.
Jika ada perjalanan di luar rutinitas. Seperti perjalanan liburan dengan menggunakan mobil atau lain sebagainya juga akan menyebabkan biaya tambahan.
Tetapi minimal dari contoh tersebut pemilik kendaraan mengerti dan tahu biaya rata-rata Total Cost Ownership pada kendaraannya. Bisa lebih besar atau lebih kecil, tergantung jenis kendaraan dan komponen biayanya.
Jika sudah mengetahui jumlahnya, pemilik bisa merencanakan dan mengantur program keuangannya.
Misalnya akan menggunakan kendaraan tersebut berapa lama, sampai menentukan akan menukar dengan mobil apa kelak sebagai penggantinya.
Jadi jangan malas menghitung TCO kendaraan Anda, terutama buat yang sering menggunakannya sebagai transportasi sehari-hari.
Selamat berhitung...