Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nissan Motors berencana menutup pabrik perakitan mobilnya yang berada di Indonesia dan Spanyol akibat terus merugi.
Untuk pertama kalinya dalam 11 tahun, Nissan mengalami kerugian karena pandemi menekan permintaan global dan mengganggu produksi.
Kepala eksekutif Nissan yang berbasis di Yokohama, Makoto Uchida mengatakan bahwa produksi Eropa akan dipusatkan di pabrik Inggris di Sunderland.
Pabrikan yang sekarang berbasis di Indonesia akan pindah ke Thailand, karena pabrikan Jepang memangkas produksi global sebesar 20 persen.
Nissan Motor Co melaporkan kerugian 671.2 miliar yen atau 6.2 miliar dolar AS jika dirupiahkan setara Rp 91.60 triliun untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2020.
Baca: Jangan Lupa, Jumat Besok Hari Terakhir Pemutihan Pajak Kendaraan di DKI Jakarta
Ini merupakan kerugian tahunan pertama sejak 2009, setelah krisis keuangan global.
Perusahaan juga melaporkan laba 319.1 miliar yen atau setara Rp 43.75 triliun pada tahun fiskal yang berakhir pada bulan Maret 2020.
Baca: Model A, Nenek Moyang Mobil Mitsubishi yang Pertama Dibuat di Kobe Shipyard
Dikatakan produksi kendaraan global turun 62 persen pada April 2020 dari tahun sebelumnya menjadi 150.388 kendaraan dan penjualan kendaraan global merosot hampir 42 persen pada bulan lalu.
Baca: Tiga Alasan DFSK Super Cab Alternatif Pilihan Buat yang Cari Pick Up
Penjualan Nissan untuk tahun fiskal yang berakhir Maret merosot hampir 15 persen, menjadi 9.9 triliun yen atau 91.6 miliar dolar AS, setara Rp 1.353 triliun.
"Masa depan masih belum jelas dan sangat sulit untuk diprediksi," tutur Uchida dikutip dari APNews, Kamis (28/5/2020).
Baca: Trik Merawat Jaket untuk Kebutuhan Berkendara
Nissan mengakui belum bisa memberikan proyeksi keuangan untuk tahun fiskal saat ini dan Uchida mengatakan akan dirilis sesegera mungkin.
Akan tetapi Uchida mengungkap bahwa Nissan telah mendapatkan pembiayaan yang dibutuhkan dan memangkas biaya serta membentuk kembali operasinya untuk mengembalikan profitabilitas dan menekankan bahwa potensi Nissan tetap solid.
Baca: Maaf, Layanan Perpanjangan SIM Masih Tutup, karena Diperpanjang Sampai 29 Juni 2020
Pembuat mobil listrik Leaf, X-Trail sport utility vehicle dan model-model mewah Infiniti, berniat membangun kekuatan intinya.
Dengan ini, Nissan akan mengurangi jumlah modelnya dan berfokus pada area geografis tertentu, seperti Jepang, Cina dan AS untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas, daripada mengejar ukuran penjualan.
"Kami akan mengakui kesalahan kami di masa lalu dan mengarahkan ke masa depan dengan cara yang benar, tanpa ragu-ragu," terang Uchida.
Sebelumnya pada hari Rabu, pemerintah Spanyol mendesak Nissan untuk mempertimbangkan kembali rencananya untuk menutup manufaktur di Barcelona.
Sebab jika penutupan tetap dilakukan akan mengakibatkan hilangnya sekitar 3.000 pekerjaan.
Serikat pekerja telah memperingatkan bahwa akan ada 20.000 orang pekerjaan dalam rantai pasokan Nissan di Spanyol juga berisiko jika Nissan menutup pabriknya di Barcelona dan dua yang lebih kecil di kota-kota terdekat.
Baca: Haris Azhar Kritik Pernyataan Menteri Airlangga: Masyarakat Jadi Ajang Uji Coba Kebijakan . . .
Nissan hanya menyebutkan penutupan pabrik Barcelona dan tidak segera menjawab pertanyaan tentang dua pabrik lainnya.
Pekerja yang mengetahui rencana Nissan tersebut marah dan membakar ban di gerbang pabrik Barcelona serta bersiap untuk melakukan lebih banyak protes.
Baca: Hikmah Pandemi Corona di Mata Natasha Rizky: Bisa 24 Jam Full Jalani Peran Istri dan Juga Ibu
"Mereka membiarkan kita mati," kata Kepala Komite Pekerja Pabrik, Juan Carlos Vicente dikutip dari APNews.
Pada hari Rabu, mitra aliansi Nissan Renault dari Perancis dan Mitsubishi Motors Corp di Jepang mengumumkan rencana untuk berbagi pembelian, pengembangan dan teknologi untuk memangkas biaya dan meningkatkan daya saing mereka.
Manajemen Renault bertemu dengan serikat pekerja tentang rencana pemotongan biaya 2 miliar euro atau 2.2 miliar dolar AS, setara Rp 32.5 miliar.
Nissan sendiri telah menghabiskan sebagian besar dana tahun lalu untuk berusaha pulih dari penangkapan mantan presidennya pada November 2018 yakni Carlos Ghosn atas tuduhan pelanggaran keuangan, termasuk tidak melaporkan kompensasi di masa depan dan menyalahgunakan uang Nissan.
Manajemen perusahaan tampak berantakan setelah kepergian mendadak Ghosn, yang dikirim oleh Renault untuk membantu Nissan pulih dari kebangkrutan pada tahun 1999.
Pengganti Ghosn, Hiroto Saikawa, juga berakhir mengundurkan diri di tengah tuduhan tentang pendapatan yang meragukan.
Ghosn mengatakan dia tidak bersalah dan dia melarikan diri ke Libanon akhir tahun lalu dengan memberikan jaminan sambil menunggu persidangan.
Ghosn mengatakan dia melarikan diri karena dia yakin dia tidak akan mendapatkan pengadilan yang adil di Jepang.
Sementara itu, Uchida menjanjikan kebangkitan untuk Nissan di masa mendatang.
"Kami akan melaksanakan tanggung jawab kami dengan tekad kuat. Jalan di depan tidak mudah, tetapi kami memiliki pekerja yang hebat di Nissan," ungkap Uchida.