TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) akan memulai proses produksi kendaraan listrik pada Maret 2022.
Kabarnya Hyundai akan memproduksi 1.000 unit kendaraan listrik per tahun saat tahap awal.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, produksi kendaraan listrik ini tentunya menjadi showcase kapabilitas industri otomotif Indonesia yang juga bergerak ke arah industri yang ramah lingkungan.
"Sekaligus memberi pesan kepada dunia internasional bahwa Indonesia siap menjadi hub ekspor utama bagi kendaraan listrik di ASEAN dan wilayah sekitarnya," tutur Menperin saat pembukaan pameran Hyundai The Future Electric Vehicle Ecosystem for Indonesia” di JIExpo, Kemayoran, Selasa(26/10/2021).
Kementerian Perindustrian juga telah merilis dua peraturan, yaitu Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan dan Ketentuan Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle), serta Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 28 Tahun 2020 tentang Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai dalam Keadaan Terurai Lengkap dan Keadaan Terurai Tidak Lengkap.
Baca juga: Bos ExxonMobil Lubricants Acungi Jempol Pencapaian Max Verstappen dan Sergio di F1 AS
"Melalui kedua peraturan tersebut, Kemenperin memberikan petunjuk bagi para stakeholder industri otomotif tentang strategi, kebijakan dan program dalam rangka mencapai target Indonesia sebagai basis produksi dan hub ekspor kendaraan listrik," tutur Agus Gumiwang.
Kemenperin menyusun skema importasi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dalam Keadaan Terurai Lengkap dan Keadaan Terurai Tidak Lengkap sebagai bagian tahap pengembangan industrialisasi KBLBB di Indonesia.
Berdasarkan Peta Jalan Pengembangan KBLBB, pengembangan industri diawali melalui skema Completely Knock Down (CKD) sampai dengan tahun 2024, dilanjutkan dengan Incompletely Knock Down (IKD) dan Importasi secara part by part.
"Skema ini ditujukan agar diperoleh nilai tambah berupa peningkatan nilai TKDN melalui pendalaman manufaktur secara bertahap hingga 2030," jelas Menperin.
Pendalaman manufaktur ini direncanakan untuk bisa melibatkan sebanyak-banyaknya pelaku industri komponen lokal pada proses bisnis pembuatan ekosistem industri kendaraan listrik.
Kemenperin menyebut industri kendaraan listrik di Indonesia memiliki keharusan untuk memperhatikan pengembangan Industri komponen.
Sebab, sejumlah 1.550 perusahaan industri komponen yang terbagi dalam tiga tier selama ini menjadi pemasok utama komponen kendaraan Internal Combustion Engine (ICE).
Sebagian besar di antaranya (anggota tier-2 dan tier-3) merupakan industri kecil dan menengah.
"Proses transisi industrialisasi dari kendaraan konvensional dan kendaraan listrik harus dapat semaksimal mungkin melibatkan sektor IKM yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional," jelas Agus.
Dalam peta jalan tersebut juga terdapat panduan penguasaan komponen utama kendaraan bermotor, yaitu baterai, motor listrik dan konverter.
"Dalam kerangka itu, kami juga memacu pengembangan industri baterai dari mulai proses perakitannya sampai dengan daur ulang baterai, sehingga Indonesia bisa punya industri baterai terintegrasi dan siap untuk mendukung ekosistem industri mobil berbasis listrik," imbuhnya.
Baca juga: Menperin Sebut Produksi Mobil Listrik Pertama HMMI Dimulai Maret 2022, Ini Kata Hyundai
Dalam peta jalan tersebut, Kemenperin menargetkan produksi mobil listrik dan bus listrik pada tahun 2030 mencapai 600.000 unit.
Angka tersebut diproyeksikan dapat mengurangi konsumsi BBM sebesar 7,5 juta Barrel dan menurunkan emisi CO2 sebanyak 2,7 juta Ton, selaras dengan komitmen pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen pada tahun 2030, sebagaimana disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada COP21 di Paris pada Desember 2015.
Menperin berpesan agar perusahaan menerapkan teknologi Industri 4.0 di seluruh lini produksi, serta melibatkan IKM sebagai bagian dari global supply chain perusahaan.
Selain itu, Kemenperin mengundang HMMI untuk mendirikan akademi atau politeknik yang lulusannya secara otomatis bisa menjadi pekerja dengan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan industri maupun di lini purna jual untuk melayani kebutuhan konsumen.
"Pameran ini merupakan langkah nyata dari Hyundai Motor Group sebagai produsen EV global untuk mendukung pemerintah Indonesia menjadikan Indonesia sebagai basis produksi KBLBB melalui investasi, pembangunan fasilitas produksi dan research, development and design (RDnD), serta pengembangan SDM industri," ujar Menperin.
Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Makmur, mengatakan semua harus menunggu.
"Tunggu undangan kita. Semuanya kita punya roadmap, cuma kalau ditanya kapan siapnya nanti kita akan kirim undangan secara resminya. Pemerintah punya roadmap, kita juga punya roadmap yang sudah kita siapkan," jelas Makmur.
Menyoal model perdana yang akan diproduksi, santer beredar kabar bahwa Hyundai Ioniq akan jadi mobil listrik buatan pertama HMMI.
Namun, lagi-lagi pihak Hyundai tak mau mengungkap lebih jauh rencana produksi tersebut.
"Untuk modelnya juga pasti sama saja (seperti yang dijual saat ini). Kita urusin satu-satu," ungkap Makmur.(Tribun Network/lta/wly)