News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Transisi Butuh Waktu Panjang, Populasi Mobil Listrik Pada 2030 Diprediksi Baru 30 Persen

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hyundai KONA Electric ditampilkan pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Selasa (16/11/2021). Di ajang GIIAS 2021, beberapa pabrikan otomotif turut menghadirkan beberapa mobil listrik dan memperkenalkan teknologi elektrifikasinya yang terdiri dari berbagai segmen, mulai dari sedan, city car, hingga sport. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seiring berjalannya waktu, kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) dipastikan bakal menggeser keberadaan kendaraan konvensional berbahan bakar minyak (BBM).

Hal tersebut semakin terlihat setelah Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan, yang segera membuat roadmap hingga tahun 2030 dalam mendorong penggunaan kendaraan listrik.

Pergeseran atau transisi ini tentunya memiliki dampak di masa depan.

Seperti nasib mobil konvensional, hingga keberadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) atau pom bensin.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto memberikan penjelasannya.

Meski Pemerintah telah mendorong penggunaan dan memperluas penjualan mobil listrik di 2030, bukan berarti setelah tahun tersebut keberadaan mobil konvensional bakal hilang sepenuhnya.

Menurut Septian, mobil berbahan bakar bensin ataupun solar tetap ada. Karena, implementasi 100 persen penggunaan mobil listrik di Indonesia memerlukan masa transisi yang amat sangat panjang.

Baca juga: Ekonom: Indonesia Mampu Kuasai Industri Mobil Listrik Dunia

"Transisi ke mobil listrik pasti akan butuh waktu. Estimasi kami paling tidak sampai 2030, dan itu mungkin baru 30 persen," ungkap Septian dalam diskusi yang berjudul Mobil Listrik dan Perubahan Iklim, Kamis (18/11/2021).

"Karena wilayah kita ini kan kepulauan. Seperti di Sulawesi, Maluku, atau Papua mungkin nanti masih memakai mobil BBM," sambungnya.

Tak hanya mobil konvensional. Septian juga mengungkapkan nasib dari perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bisnis BBM, terutama PT Pertamina (Persero).

Presiden Joko Widodo menjajal mobil listrik di GIIAS 2021, mobil listrik diharapkan berkembang menjadi alternatif kendaraan BBM yang selama ini ada, dan ekosistemnya saat ini sedang dikembangkan di Indonesia (Lukas/Biro Pers Sekretariat Kepresidenan)

Menurutnya, Pertamina dipastikan bakal melakukan transformasi bisnis. Mengingat, di masa yang akan datang emisi gas rumah kaca akan digalakkan, serta bahan bakar fosil juga akan ditinggalkan.

Saat ini Pertamina juga termasuk ke dalam bagian Indonesia Battery Corporation (IBC).

IBC akan mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik (Electric Vehicle Battery/EV Battery) yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Baca juga: Jokowi Kunjungi GIIAS 2021, Dorong Pembangunan Ekosistem Mobil Listrik hingga Nyetir Minicab Miev

Melalui Pertamina Power Indonesia (PPI) selaku Subholding Power and New and Renewable Energy, Pertamina punya sejumlah strategi dalam mendorong ekosistem EV di Indonesia.

Septian memperkirakan, kedepannya stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) Pertamina bakal bermigrasi sepenuhnya menjadi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) atau charging station.

"Saya kira Pertamina juga akan melakukan transisi. Mungkin nanti SPBU diganti jadi station charging dan kerjasama dengan PLN," ungkap Septian.

"Memang Pertamina mau enggak mau harus ada transformasi juga dari sisi bisnisnya, atau SPBU jadi charging station itu tadi," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini