News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dirut PLN: Mobil Listrik Masih Dianggap Barang Mewah

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo

Layanan ini berbasis IoT dengan diskon tarif 30 persen pada pukul 22.00 sampai dengan pukul 05.00 dan sekarang sudah terintegrasi 461 pelanggan ditargetkan minimal 1.500 pelanggan di akhir tahun ini.

Baca juga: EVcuzz Akan Pasang 120 SPKLU di 60 Jaringan Marriot International di Indonesia

“Layanan paket EV home charging services kami berkolaborasi dengan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) pabrikan mobil listrik ada Hyundai ada Wuling untuk pemasangan home charging disertai insentif tambah daya atau pasang baru,” urainya.

Darmawan menambahkan bahwa PLN menyediakan paket model waralaba atau franchise untuk SPKLU dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) melalui produk IO2. 

“Sehingga penukaran baterai ini memudahkan dan seharusnya bisa mengakomodir kendaraan listrik untuk penggunaan jarak jauh, karena kalau untuk dalam kota saja seharusnya cukup sekali charge bisa untuk 360 kilometer,” akunya sebagai owner Hyundai Ioniq 3.

Urgensi Transisi Energi

Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Luckmi Purwodari menjelaskan pentingnya transisi energi dari bahan bakar fosil ke listrik.

Menurutnya, tujuan utama meninggalkan bahan bakar fosil untuk menjaga sumber daya minyak yang semakin terbatas.

“Karena fosil ini tidak bisa diperbaharui maka menjadi sangat urgensi untuk kita beralih ke energi baru terbarukan sepert energi listrik,” ungkap Luckmi.

Luckmi menambahkan hal kedua yang mengkhawatirkan yakni aspek polusi emisi berdasarkan index kualitas udara nasional.

Dia menjelaskan hasil pemantauan udara di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur dan seterusnya berada diposisi terendah.

“Kita punya 56 stasiun pemantau otomatis real time, rata-rata DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat,” tutur Luckmi.

Kondisi sehat kualitas udara di DKI Jakarta, terangnya, hanya terjadi pada saat awal pandemi 2020 di mana penurunan partikel debu mencapai 20 persen. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini