Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah kabarnya sudah menentukan nilai insentif untuk konversi sepeda motor konvensional ke listrik, yakni sebesar Rp 7 juta.
Pengamat Otomotif sekaligus Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu, menilai insentif Rp 7 juta untuk konversi sepeda motor tidak cukup.
"Sekadar insentif untuk konversi sepeda motor konvensional ke listrik sebesar Rp 7 juta tidaklah cukup," tutur Yannes saat dihubungi Tribunnews, Jumat (3/2/2023).
Baca juga: Sepeda Motor Listrik Honda EM1 e: Segera Mendebut di Eropa Pertengahan Tahun
Lebih jauh, Yannes menjabarkan tantangan dari pemberian insentif konversi sepeda motor konvensional ke listrik tersebut.
Pertama, untuk percepatan charging di rumah perlu adanya kepastian insentif penambahan daya pada rumah yang menggunakan listrik 450 Watt sampai 900 Watt dengan lama pengisian hingga penuh antara 3-4 jam yang notabene merupakan segmentasi terbesar dari pengguna sepeda motor.
"Apakah ada kepastian untuk kemudahan dan dukungan dana untuk peningkatan daya dari pemerintah? Apakah sudah dipikirkan soal standar safety-nya? Bagaimana tingkat kesiapan PLN saat ini?," ungkap Yannes.
Kedua, SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum), apakah sudah dipikirkan standar safety, standar socket, jenis baterai, posisi penempatan, jenis charging (fast charging atau slow charging) dan lama charging pada SPKLU yang akan dibangun. Lalu siapa yang bertanggung jawab untuk itu. Bagaimana tingkat kesiapannya saat ini
Ketiga, SPBKLU (Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum) apakah sudah dipikirkan standar safety, standar socket, jenis baterai dan posisi penempatannya. Bagaimana tingkat kesiapannya saat ini.
Keempat, apakah sudah siap jumlah supplier battery pack, controller dan electric drivetrain yang memenuhi standar safety dan durability dengan harga yang terjangkau.
Baca juga: Motor Listrik Bikinan Anak Muda Purbalingga Ini Bisa Melaju Sampai 40 Km Sekali Cas
"Bagaimana dengan TKDN-nya? Ataukah kelak hanya akan meningkatkan lagi dan lagi komponen impor? Bagaimana tingkat kesiapannya saat ini?," ucap Yannes.
Kelima, sudah berapa banyak bengkel bersertifikat yang memiliki kompetensi untuk melakukan konversi secara aman. Dimana kita dapat mencarinya dan bagaimana tingkat kesiapannya saat ini.
Keenam, sudahkah disiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) ahli bersertifikat yang memiliki kompetensi untuk melakukan konversi dan servis sepeda motor listrik ini secara aman. Bagaimana tingkat kesiapannya saat ini.
Baca juga: Motor Listrik Bikinan Anak Muda Purbalingga Ini Bisa Melaju Sampai 40 Km Sekali Cas
Ketujuh, berapa kepastian harga dari komponen konversi tersebut. Apakah sudah murah dan terjangkau oleh kebanyakan pengguna sepeda motor konvensional yang ada.
Kedelapan, apakah dapat dipastikan bahwa harga total konversi dapat lebih ekonomis dan praktis dibandingkan dengan membeli langsung sepeda motor listrik baru yang sudah lengkap dengan jaminan 3S (sales, service dan spareparts-nya).
"Jika semua tantangan dapat dijawab dengan benar, barulah program konversi ini dapat berjalan dengan seamless dan tingkat adopsi masyarakat akan lebih cepat lagi. Tanpa itu, bisa jadi program ini akan menghadapi berbagai hambatan, baik teknis maupun non teknis," jelasnya.