BRIN Beberkan Harga hingga Baterai Jadi Tantangan untuk Ajak Masyarakat Beralih ke Kendaraan Listrik
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan untuk menarik minat masyarakat beralih ke kendaraan listrik.
Kepala Pusat Riset dan Konservasi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Cuk Supriyadi Ali Nandar mencatat setidaknya 3 kendala dalam kendaraan listrik.
Baca juga: BYD Jadi Pabrikan Mobil Pertama yang Produksi 6 Juta EV dan PHEV
"Soal harga kendaraan listrik masih sangat tinggi karena menggunakan teknologi baru. Ini berbeda dengan kendaraan yang menggunakan BBM," kata Cuk saat diskusi bertema "Upaya Dekarbonisasi Melalui Percepatan Pemanfaatan Kendaraan Listrik Indonesia" yang digelar di sela public expose PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (SBI) di Tangerang belum lama ini.
Untuk penyelesaikan masalah ini, pemerintah Indonesia telah menyiapkan insentif bagi pembeli kendaraan listrik.
Masalah kedua adalah jarak tempuh dan durasi pengisian baterai.
"Jarak tempuh dipengaruhi oleh baterai yang menjadi komponen utama dan merupakan komponen termahal, sehingga perlu riset mendalam menghadirkan baterai kecil tapi awet dan harga lebih murah," katanya.
Baca juga: Menggandeng Perusahaan Korsel, PLN Icon Plus Kembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia
Hal senada juga diungkapkan Kepala Biro Fasilitasi Penanggulangan Krisis dan Pengawasan Energi Dewan Energi Nasional (DEN), Sudjatmiko dalam kesempatan yang sama.
"Keterjangkauan harga baterai kualitas tinggi, yang high power density dan fast charging, ketersediaan listrik di luar Jawa dan stasiun pengisian masih menjadi tantangan," katanya.
Selain itu, belum adanya regulasi larangan kendaraan BBM, dukungan fiskal dan pendanaan yang besar terutama pemberian insentif juga kesiapan industri dan tenaga kerja ikut menjadi tantangan.
Sebaliknya, penggunaan kendaaraan listrik bermanfaat mengurangi emisi dan polusi udara, mampu mengurangi energi dan biaya operasional karena motor listrik biasanya lebih efisien dalam penggunaan energi dibandingkan kendaraan konvesional berbahan bakar.
"Juga menciptakan kemandirian energi yakni mengurangi ketergantungan pada impor BBM, adopsi kendaraan listrik dapat membantu Indonesia meningkatkan kemandirian energi Indonesia dan mengurangi risiko fluktuasi harga BBM global," katanya.
Presiden Direktur Sepeda Bersama Indonesia Andrew Mulyadi mengatakan, kendaraan listrik akan memiliki prospek penjualan yang baik.
"Untuk itu, kami akan mengoptimalkan bisnis dari tren kendaraan listrik sebagai bagian mendukung peningkatan ekosistem industri EV di Indonesia," katanya.