News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Toyota: Model yang Terdampak Skandal Keselamatan Daihatsu Termasuk yang Diekspor ke Indonesia

Penulis: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Daihatsu menyatakan telah menghentikan penjualan kendaraan listrik hibrida Toyota Raize dan Rocky setelah juga menemukan masalah dalam pengujian aspek keselamatan kedua model tersebut.

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Toyota hari Rabu menyatakan model-model kendaraan yang terkena dampak terkuaknya skandal uji keselamatan di Daihatsu juga mencakup sejumlah model yang mereka pasarkan ke Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Kamboja dan Vietnam.

Model--model kendaraan serupa yang terdampak adalah yang selama ini juga diekspor ke sejumlah negara di Amerika Tengah dan Amerika Selatan seperti Meksiko, Ekuador, Peru, Chili, Bolivia dan Uruguay.

Penyelidikan di Jepang terhadap skandal keselamatan di Daihatsu menemukan masalah pada 64 model, termasuk 22 model yang dijual dengan merek Toyota.

Terkuaknya skandal keselamatan ini membuat Daihatsu menghentikan pengiriman semua kendaraannya, baik ke pasar Jepang maupun pasar ekspor.

Sebuah panel independen telah menyelidiki Daihatsu setelah pada bulan April mengatakan pihaknya telah melakukan kecurangan dalam uji keselamatan tabrakan samping yang dilakukan pada 88.000 mobil kecil, sebagian besar dijual sebagai Toyota.

Namun pengungkapan terbaru menunjukkan bahwa cakupan skandal ini kini jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya, dan berpotensi mencoreng reputasi produsen mobil dalam hal kualitas dan keselamatan.

Daihatsu adalah unit mobil kecil Toyota dan memproduksi sejumlah mobil dan truk kecil yang disebut "kei" yang populer di Jepang.

Masalah terbaru ini juga berdampak pada beberapa model Mazda dan Subaru yang dijual di pasar domestik serta model Toyota dan Daihatsu di luar negeri, demikian temuan panel tersebut.

Baca juga: Daihatsu akan Setop Pengiriman Semua Kendaraan Akibat Masalah Keselamatan

Toyota mengatakan "reformasi mendasar" diperlukan untuk merevitalisasi Daihatsu, serta peninjauan ulang operasi sertifikasi.

“Ini akan menjadi tugas yang sangat penting yang tidak dapat diselesaikan dalam semalam,” kata Toyota dalam sebuah pernyataan. “Hal ini memerlukan tidak hanya peninjauan terhadap manajemen dan operasi bisnis, namun juga peninjauan terhadap organisasi dan struktur.”

Daihatsu diketahui melakukan kecurangan dalam uji keselamatan hampir semua model produksinya saat ini serta beberapa mobil yang dibuatnya di masa lalu, surat kabar Asahi sebelumnya melaporkan.

Baca juga: Hino Motors Ketahuan Memalsukan Data Dalam Laporan ke Kementerian Transportasi Jepang

Masalah ini muncul setelah Daihatsu mengatakan pada bulan April bahwa pihaknya telah menemukan kesalahan tes yang dilakukan setelah adanya laporan whistleblower. Mereka telah melaporkan masalah ini ke badan pengatur dan menghentikan pengiriman model yang terkena dampak.

Bulan berikutnya, Daihatsu mengatakan telah menghentikan penjualan kendaraan listrik hibrida Toyota Raize dan model Rocky miliknya setelah juga menemukan masalah dalam pengujian kedua model tersebut.

Daihatsu memproduksi 1,1 juta kendaraan selama 10 bulan pertama tahun ini, hampir 40 persen di antaranya diproduksi di luar negeri, menurut data Toyota.

Baca juga: Buntut Skandal Pemalsuan Data Emisi Hino, Toyota Bekukan Produksi Ranger dan Profia

Perusahaan ini menjual sekitar 660.000 kendaraan di seluruh dunia selama periode tersebut dan menyumbang 7 persen dari penjualan Toyota.

Masalah aspek keselamatan di kendaraan yang diproduksi Daihatsu telah berdampak pada grup Toyota selama bertahun-tahun.

Skandal data mesin di unit pembuatan truk dan bus Toyota, Hino, pada tahun 2022 menyebabkan pengunduran diri dan pemotongan gaji sementara bagi beberapa manajer.

Dalam kasus tersebut, Hino mengaku memalsukan data beberapa mesin sejak tahun 2003, atau setidaknya satu dekade lebih awal dari yang dinyatakan semula.

Pada tahun 2010, Ketua Toyota Akio Toyoda, yang saat itu menjabat sebagai kepala eksekutif, terpaksa memberikan kesaksian di depan Kongres AS karena krisis keselamatan yang melibatkan akselerator yang rusak.

Sumber: Japan Times/Reuters

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini