TRIBUNNEWS.COM - Pasar mobil di Kawasan Asia Tenggara cukup menarik di tahun 2024. Perodua, brand Daihatsu di Malaysia berhasil menyalip Honda sebagai mobil terlaris di ASEAN.
Perodua naik satu peringkat dari posisi ketiga ke posisi dua dengan penjualan 358.000 unit atau naik 8,4 persen dari tahun sebelumnya sekitar 330.000 unit mobil baru, menurut data Marklines.
Dengan capaian penjualan itu, Perodua menyalip Honda yang hanya menjual 303.000 unit. Pada posisi pertama, Toyota masih kokoh memimpin pasar ASEAN dengan menjual 752.000 unit selama 2024, dilansir dari Paultan.
Yang menarik dari performa penjualan mobil tahun lalu, Perodua dan Mitsubishi adalah merek yang mencatat kenaikan, sementara sisanya mencatat penurunan pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.
BYD turun ke 10 besar pada tahun 2024 dengan penjualan sebanyak 52.000 unit, menggantikan Hyundai di posisi kesembilan.
Sementara Ford terus berada di posisi ke-10 dalam daftar tersebut, turun 5.000 unit menjadi 45.000 unit yang terjual tahun lalu dibandingkan dengan 50.000 unit pada tahun 2023.
Dalam hal produksi, Perodua mampu membuat 368.100 unit tahun lalu dan selanjutnya meningkatkan pangsa pasarnya menjadi 43,8 persen pada tahun 2024.
Meskipun Perodua secara konsisten memperoleh keuntungan dalam penjualan, merek nasional Malaysia tersebut telah menetapkan target yang lebih rendah untuk tahun 2025.
Baca juga: Perodua Publish Video Teaser Ayla EV di YouTube, Meluncur Tahun Depan?
Perusahaan memperkirakan penurunan produksi sebesar 4,9 persen menjadi 350.000 unit. Sementara penjualan diperkirakan akan mengikutinya, dengan penurunan 3,7 persen menjadi 345.000 unit tahun ini.
Produsen mobil tersebut bersiap untuk menyiapkan model-model baru dan menjadi lebih mandiri dalam mengembangkan produk-produk masa depan, kata Presiden dan CEO Perodua Zainal Abidin Ahmad.
Meskipun demikian, Perodua telah memulai tahun ini dengan buku pesanan yang tampak sehat, karena meskipun telah memproduksi jauh melampaui kapasitas.
Perodua masih memiliki 68.000 pemesanan yang harus diselesaikan, yang 28.000 di antaranya telah memiliki surat perjanjian yang diterbitkan tanpa stok.