News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gelar Tontonan Koreografi Tari, Agus Mbendol Representasikan Sosok Anjasmara dalam Cerita Damarwulan

Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto 1: Karya Anjasmara Koreografer Agus Mbendol (Dokumentasi: Studio Plesungan)

TRIBUNNEWS.COM - Penari sekaligus koreografer, Agus Margiyanto baru saja menampilkan sebuah karya tari.

Sebuah karya tari yang diberi judul 'Anjasmara' ini digelar dalam bingkai acara On Stage Edisi 10 yang difasilitasi oleh Studio Plesungan.

Menurut informasi yang diterima Tribunnews.com, Agus Mbendol, sapaan akrabnya, pemilihan judul 'Anjasmara' ini terinspirasi dari 'Tari Enggar-enggar'.

Tarian ini menceritakan dua tokoh pewayangan pada zaman Kerajaan Majapahit.

Kedua tokoh tersebut yakni seorang ksatria, Damarwulan dan putri Anjasmara yang saling mencintai.

Namun, suatu saat Damarwulan mendapatkan tugas untuk pergi berperang.

Hingga pada akhirnya, Anjasmara harus merelakannya kepergian Damarwulan untuk sementara waktu.

Baca juga: Sekjen Gerindra Bicara Kesenian sebagai Alat Pemersatu Bangsa

Baca juga: Ganjar Siap Dukung Pura Mangkunegaran Jadi Pusat Kebudayaan

Dalam penantiannya, Anjasmara merasa gelisah dan khawatir pada keadaan Damarwulan.

Agus Mbendol yang terinspirasi dalam cerita ini, kemudian menceritakan bagaimana penantian Anjasmara pada kepulangan Damarwulan.

Anjasmara begitu sabar menunggu, ia berjuang melawan pikiran dan perasaannya sendiri yang berkecamuk.

Ia selalu berharap agar Damarwulan memenangkan perang dan pulang dengan selamat.

"Tema diambil dari tari enggar-enggar erita terinspirasi dari cerita sosok Anjasmara, seorang perempuan dalam cerita Damarwulan," terang Agus setelah pementasan di Taman Budaya Jawa Tengah, Solo, Kamis (17/3/2022).

"Karen saya melihat beberapa poin-poin cerita yang ditulis sejak Majapahit."

"Itu saya (terinspirasi) melihat Anjasmara yang merelakan Dhamarwulan (pergi)."

Baca juga: Sejarah Hari Perempuan Internasional, Google Doodle Tampilkan Kehidupan Wanita dari Berbagai Budaya

"Bagaimana seorang perempuan (harus berjuang) mengendalikan pikirannya untuk melawan ketakutan (dan rasa khawatirnya)."

"Dia harus melangkah dan hanyut dalam gejolak-gejolak yang terjadi pada dirinya."

Foto 2: Karya Anjasmara Koreografer Agus Mbendol (Dokumentasi: Studio Plesungan)

"Ini (yang saya tampilkan, yakni bagaimana) sosok Anjasmara (hadir) bersama dengan perasaannya."

"Saya ingin menampilkan tubuh yang dapat mewakili diri Anjasmara versi saya," jelas Agus Mbendol saat sesi diskusi di akhir acara.

Anjasmara, jelas Agus, hidup dalam penantian abadi yang dipenuhi dengan berbagai perasaan. 

Perasaan yang muncul dalam dirinya, ia tumpahkan semuanya dalam ruang kesendirian.

Cerita ini membawa Agus dalam ruang penafsiran.

Baca juga: Gandeng Banyak Musisi, Gekrafs Bikin Gebrakan untuk Meriahkan Hari Musik Nasional

Agus margiyanto menuangkan penafsiran atas nilai kesetiaan pengabdian dan kedamaian dalam penceritaan tokoh perempuan Anjasmara melalui tubuh yang bergerak menjelajahi ruang-ruang imajiner.

Melalui perjalanan panjangnya sebagai penari, aktor dan koreografer Agus Mbendol mengajak penonton untuk menelusuri cara pandang atas keperempuanan melalui kisah Anjasmara.

Garapan tari ini disajikan dengan menampilkan ketubuhan tari Retno Sulistyorini, seorang penari yang juga keoreografer.

Sebagai penari tunggal di garapan ini, Retno yang disapa Eno, menampilkan paduan antara kelembutan, kekuatan, keberanian, keliaran, bahkan kerapuhan, keputusasaan dan kehidupan yang penuh dengan pengharapan.

Pertunjukkan yang berdurasi 45 menit ini, digelar dengan sebuah bentuk panggung kotak yang sekelilingnya tertutup paranet.

Terkait dengan pemilihan panggung berbentuk kotak dan tertutup itu, Agus mengibaratkannya sebagai ruang privasi.

Baca juga: Catat! On Stage Edisi 9 Tampilkan Grup Musik Eksperimental Senyawa di TBJT 27 Januari 2022

"Kenapa pilih kotak karena kotak, saya anggap sebagi ruang privasi."

"Yang ingin saya sampaikan menurut intrepretasi saya, dia (Anjasmara)  tidak sedih tapi menikmati kesendiriannya."

"Mulai menguasai gejolak yang ada dalam dirinya, rasa kesendiriannya maupun yang ada di sekitarnya," jelas Agus Mbendol.

Di dalam kotak tertutup itu, Eno menampilkan gerakan yang syarat dengan imaginernya sebagai sosok Anjasmara yang sedang menikmati kesendiriannya.

Perasaan yang dialami Anjasmara tersebut seolah-olah dihadirkan dalam ruangan Teater Arena TBJT Surakarta.

Penonton yang hadir tidak hanya disuguhkan sebuah pementasan karya koreografi tari, namun juga diajak untuk berdialog bersama.

Baca juga: Pameran Temporer Seni Rupa ‘Sense of Basoeki Abdullah’ Jadi event Pendukung MotoGP Mandalika 2022

Dialog ini dilakukan di akhir acara sebagai jembatan bagi penonton untuk menelisik karya Agus lebih dalam lagi.

Sosok Agus

Agus Mbendol  pernah aktif sebagai anggota dan aktor dalam kelompok Teater Ruang Solo pada tahun 1997 sampai 2002.

Secara spesifik, Agus mempelajari koreografi di jurusan tari Institut Seni Indonesia Surakarta, sebuah perguruan tinggi seni.

Iya pernah terlibat bersama dengan sejumlah seniman lainnya seperti Suprapto Suryodarmo, Deddy Lutha, Ely Luthan, Eko Supriyanto, Melati Suryodarmo, Jarot B. Darsono, Fajar Satriadi, Slamet Gundono, S Pamardi, Atilah Soeryadjaya hingga Sutradara Film Garin Nugroho.

Tak hanya itu, Agus juga pernah berkolaborasi dengan beberapa koreografer seniman muda lainnya.

Ia terlibat dalam pendirian sebuah ruang seni gerak tubuh, komunitas Independent Expression Solo.

Detail informasi terkait dengan Agus Mbendol dengan karyanya yang berjudul 'Anjasmara' dapat dilihat di sini.

(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini