TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Doktor Jessica N Widjaja kembali mewakili Indonesia dalam acara Women Political Leaders (WPL) yang diselenggarakan oleh Parlemen Eropa bekerja sama dengan Parlemen Federal Belgia.
Wanita ini, yang telah berulang kali mewakili Indonesia dalam berbagai ajang internasional, membawa misi besar tentang Pemberdayaan Perempuan Indonesia di Dunia Internasional.
Jessica N Widjaja mengatakan bahwa mengharumkan nama Indonesia dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya melalui jalur diplomasi.
"Potensi dan kemajuan wanita di suatu negara akan kuat jika didukung oleh kebijakan nasional pemerintah. Kebijakan ini akan diperkuat oleh suara-suara di dunia internasional dan forum seperti ini yang kita butuhkan," ujar Jessica N Widjaja, Minggu, (11/6/2023).
Wanita ini juga memperhatikan bagaimana seharusnya peran wanita dalam dunia politik internasional menjadi lebih vokal.
"Suara wanita harus didukung lebih banyak lagi dalam forum-forum internasional, agar kekuatan diplomasi kita semakin tajam dengan kehadiran kaum hawa yang kuat," yakinnya.
Jessica berharap bahwa perempuan yang akan mewakili suara rakyat di Parlemen Indonesia haruslah figur yang memiliki kapasitas internasional, bukan hanya dipilih tanpa memenuhi kriteria diplomasi yang kuat.
"Di era Pak Jokowi, kebutuhan kita adalah konsolidasi nasional dan penguatan hingga ke akar rumput. Setelah 10 tahun kepemimpinannya, kita perlu melakukan transformasi kekuatan Indonesia dalam dunia global. Oleh karena itu, keberadaan saya dalam lembaga legislatif nantinya tentunya akan membawa misi-misi mulia tersebut," urainya.
Wanita ini sering menjadi narasumber dalam berbagai konferensi internasional, seperti W20 dan G20. Ia meyakini bahwa kaderisasi kepemimpinan perempuan harus semakin diprioritaskan.
"Berkaca pada pemilu di Thailand yang menghasilkan reformasi kepemimpinan muda dan penguatan perempuan muda dalam perannya dalam kebijakan, Indonesia juga harus mengarah ke sana. Misi saya ke depan akan mencetak kader pemimpin perempuan muda yang berkualitas dan siap diterjunkan dalam setiap kebutuhan peran," ujar Jessica N Widjaja.
Selanjutnya, ia menyoroti paradigma diskriminasi terhadap keberadaan perempuan dalam kepemimpinan suatu negara.
"Masih ada anggapan bahwa perempuan menjadi lemah karena keterbatasan, namun hal itu terbukti salah ketika kita melihat Angela Merkel sebagai Kanselir Jerman, Ratu Elizabeth di Inggris, Dilma Roussef di Brasil, Kamala Harris di Amerika Serikat, dan Ibu Megawati di Indonesia. Mereka menjadi bukti kekuatan kepemimpinan tak terbantahkan perempuan," ujarnya.
Terakhir, Jessica N Widjaja menyampaikan pesan dalam forum internasional ini bahwa perilaku seksis menjadi tidak relevan.
"Laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan yang setara dengan segala perbedaan kodratnya. Laki-laki membutuhkan wanita, begitu pula dengan wanita yang membutuhkan dukungan laki-laki untuk mewujudkan kebijakan yang adil bagi kesejahteraan negara, bahkan dunia, tanpa memandang perbedaan gender," tuturnya.