TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahmad (bukan nama sebenarnya) membuat malu seluruh keluarga. Calon anggota legislatif (caleg) itu mencuri kelapa dan sandal jepit.
Warga pun melempari eks pemilik toko kelontong itu dengan batu.
Harian Warta Kota (TRIBUNnews.com Network) melaporkan pada edisi Senin(14/4/2014) ini, cerita ihwal Ahmad ini disampaikan Ustaz Syaifuddin Juhri, pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Bhakti Nugraha Al Islami, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ustad Syaifuddin menceritakan, keluarga Ahmad meminta dia untuk memberikan pertolongan agar Ahmad kembali pulih.
"Saya dihubungi keluarganya yang datang ke sini. Karena pasienya berada di daerag Parung, saya diminta ikut mereka untuk melihat kondisi pasien di sana," katanya.
Pasien yang satu ini, menurut Syaifuffin, termasuk paling parah. Jumat (10/4) malam, atau sehari setelah pencoblosan, rumahnya kedatangan rombongan yang adatang menggunakan dua buah mobil. Mereka adalah keluarga Ahmad.
Mereka memohon Syaifuddin agar ikut ke sebuah rumah di kawasan Parung, Bogor, Jawa Barat.
Rupanya keluarga caleg itu baru mengevakuasi caleg gila itu dari rumahnya di Tangerang ke Parung, Bogor. Keluarga malu, karena caleg stres itu mulai berulah.
Syaifuddin menceritakan, caleg itu tadinya tokoh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya di Tangerang. Dia tidak terlalu kaya, tapi sebenarnya kehidupannya lumayan.
Caleg itu punya satu toko kelontong. Tapi lantaran obsesinya jadi anggota DPRD, toko itu dijual, kemudian dijadikan modal untuk ikut pemilihan.
Begitu pencoblosan usai dan tahu dirinya tak akan terpilih, caleg ini berubah aneh. Dia jadi lebih sering menyendiri di dalam kamar. Tak mau makan, minum, apalagi bicara.
Belakangan dia sering keluyuran ke rumah tetangga lalu mengambil sandal jepit atau kayu bekas. Kayu-kayu itu kemudian ditumpukkan di depan rumah. Untungnya caleg ini tak mengamuk, hanya kelakuannya saja menyebalkan.
Melihat tingkahnya mulai aneh, keluarganya memilih membawanya ke Parung, Bogor, Jawa Barat, di rumah salah seorang saudaranya. Saat Syaifuddin datang ke Parung, caleg itu ditempatkan sendirian di kamar. Keluarganya sengaja tak menaruh tempat tidur, lalu seluruh kain dan tali sengaja disingkirkan karena takut caleg itu bunuh diri.
Namun tingkah lakunya tak berubah, beberapa jam setelah menempati kamar itu, meski pintunya dalam kondisi terkunci, sang caleg malah kabur dengan cara membongkar jendela tanpa teralis.