TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Komarudin Hidayat menyatakan, karakter menjadi krusial di era globalisasi dewasa ini karena orangtua dan sekolah dihadapkan pada kondisi sosial yang selalu bergerak mengikuti logika dan selera pasar.
"Orangtua dan pendidikan dihadapkan problem dan vareabel baru yang tidak mampu mengontrolnya," kata saat focus group discussion (FGD) bertajuk Pendidikan sebagai Penjuru dalam Pembangunan Karakter Bangsa di Jakarta kemarin.
FGD digelar Persatuan Purnawirawan TNI-AD (PPAD), Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI), dan Yayasan Suluh Nusantara Bhakti (YSNB), di Jakarta, kemarin.
Dulu pertumbuhan anak diasuh bersama oleh lingkungan keluarga, masyarakat budaya yang solid dan homogen sehingga pertumbuhannya mudah diarahkan dan diprediksi.
Masyarakat, kata Komarudin, saat ini terpapar simbol-simbol yang tidak mewakili realitas sejati, tapi justru dianggap sebagai kenyataan.
Baca: Biaya Pendidikan dan Wisata Sumbang Inflasi Terbesar
Ia mencontohkan gejala saat ini yang cenderung memandang karakter seseorang berdasarkan status sosial dan konsumsi barang. Kecenderungan itu, bisa berdampak buruk bagi pendidikan karakter karena identitas dibentuk mengikuti logika pasar.
“Pendidikan karakter haruslah membawa bangsa ini sebagai subjek. Pilar pendidikan ini harus diformulasi ulang. Yang mesti diubah terlebih dahulu ialah mindset pimpinan sekolah dan guru,” jelasnya lagi.
Saat ini dunia pendidikan terseret masuk dalam persaingan mutu produk layaknya di dunia industri.
Lembaga pendidikan yang tidak bisa menghasilkan alumni yang berkualitas dan kompetitif di lapangan kerja akan menyusut peminatnya.
"Prestasi sekolah tidak lagi sekedar memperbanyak wisudawan tanpa yang bersangkutan memiliki kedalaman ilmu, keahlian khusus, kemampuan komunikasi sosial dan integritas," katanya
Saat ini saat melamar kerja mengandalkan ijazah tidak jaminan diterima tanpa tambahan pendukung lainnya, seperti pengalaman kerja, kemampuan bahasa asing, komputer dan komunikasi sosial.
Baca: Deputi Kemenko PMK: Banyak Pejabat Korup karena Tak Ada Pendidikan Karakter
"Ini berbeda dengan jaman dulu saat sarjana masih sedikit sehingga siapapun yang memiliki ijazah dijamin mendapatkan pekerjaan," katanya.