TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Australian Independent School (AIS) Bali pindah menempati kampus baru di Jl Imam Bonjol no 458, Denpasar – Bali.
Peresmian kampus baru dilakukan secara bersama oleh pendiri AIS, Penny Robertson, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, dan Kepala Sekolah Australian Independent School Bali, John Millis.
Sebelum menempati lokasi baru ini, kampus AIS Bali menyewa lahan di Kerobokan. Menempati lahan seluas 2 hektar, kampus baru berada di lokasi yang strategis.
AIS Bali telah mengakuisisi lahan sejak beberapa tahun lalu, namun perlu waktu yang cukup untuk membangun kampus yang dapat mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan belajar mengajar sambil mewujudkan suasana yang mendukung aktifitas belajar mengajar.
“Peresmian ini menjadi tonggak sejarah yang memperlihatkan komitmen AIS sebagai sekolah yang tidak hanya mengedepankan pentingnya peningkatan infrastruktur tetapi juga penyediaan lingkungan belajar mendukung yang dibutuhkan oleh setiap anak dalam perjalanan Pendidikan mereka,” ujarPenny Robertson selaku founder AIS, dalam keterangan yang diterima Senin (22/10/2018).
Fasilitas Unggulan yang Lengkap
AIS Bali terus berupaya meningkatkan mutu kualitas pendidikan. Dengan peningkatan fasilitas serta sarana dan prasarana dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat menghasilkan SDM yang unggul.
Beberapa fasilitas unggul yang tersedia antara lain: perpustakaan megah dengan kapasitas 40.000 koleksi buku, amphitheater untuk mengakomodir berbagai kegiatan seni, dukungan teknologi canggih (Wi-Fi broadband terdapat di seluruh area kampus, laboratoriumsains, dll), lapangan serba guna seluas 850m2, kolam renang berkedalaman 25 meter yang dilengkapi kolam untuk anak-anak belajar renang, lapangan tenis terbuka, lapangan sepakbola sintetis, dan rooftop café.
Karena bagusnya fasilitas lapangan yang dimiliki AIS Bali, komunitas sekolah di Bali lebih memilih untuk menggelar pertandingan persahabatan di AIS Bali.
Adapun konsep bangunan kampus baru ini mengusung tema eco friendly (ramah lingkungan) yang rancang awalnya dilakukan oleh arsitek ternama spesialis desain ramah lingkungan.
Banyak area-area yang dibuat dengan pencahayaan secara alami dan aliran udara yang maksimal sehingga ada area-area yang tidak perlu menggunakanAC.
Juga terdapat fasilitas air minum atau drinking fountain dengan kualitas air layak minum di berbagai sudut sekolah.
Nilai tambah lain adalah AIS Bali menawarkan International Baccalaureate (IB) Diploma Program bagi siswa kelas 11 dan kelas 12.
Hanya sekolah yang memenuhi kriteria-kriteria dan sertifikasi audit dapat menjalankan IB program.
Program ini diterima secara luas di banyak universitas-universitas ternama di dunia. Siswa menjadi lebih mudah mendapatkan tempat di universitas-universitas yang menerima sertifikat IB.
“Respons komunitas di Bali sangat positif terhadap perpindahan kampus. Terhitung sejak April 2018 terjadi peningkatan 20% siswa meski informasi yang mereka dapat hanya dari mulut ke mulut dan banyak orangtua yang berkunjung ke sekolah kami untuk mendapatkan informasi,” ujar John Millis, Kepala Sekolah AIS Bali.
Lebih dari 18.000 pelajar Indonesia akan menempuh pendidikan di Australia tahun ini. Para pelajar Indonesia tertarik belajar di Australia karena mereka melihat peluang belajar di universitas-universitas kelas dunia dengan biaya terjangkau yang dekat dengan Indonesia.
Tidak hanya universitas yang menarik minat para pelajar Indonesia untuk datang ke Australia. Mereka juga berharap dapat memulai karier mereka di Australia.
Pelajar Indonesia yang belajar di sektor pendidikan dan pelatihan kejuruan Australia meningkat 25% sejak tahun 2015.
Tidak hanya orang Indonesia yang tertarik ke Australia. Indonesia adalah destinasi paling populer di wilayah Indo Pasifik bagi para pelajar Australia.
Pemerintah Australia secara signifikan meningkatkan jumlah pelajar Australia belajar di Indonesia sebagai bagian program sarjana mereka di bawah program The New Colombo Plan.
Bahkan Indonesia berada di urutan teratas dari The New Colombo Plan menunjukkan bahwa orang-orang Australia, khususnya generasi muda, memandang Indonesia sebagai mitra utama.