TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang pelajar Indonesia, Moses Mayer belakangan ini telah menjadi pembicaraan hangat di berbagai pemberitaan dan social media.
Pelajar Jakarta Intercultural School ini telah meraih berbagai penghargaan kelas dunia sekaligus mengharumkan Indonesia dalam sejumlah kompetisi bergengsi di bidang bahasa, matematika, sains, robotika, informatika dan komputasi.
Moses juga mengembangkan SampahLink, sebuah aplikasi smartphone untuk pengelolaan sampah.
Melalui aplikasi ini, ia melakukan sejumlah kegiatan peningkatan kesejahteraan para pemulung, seperti memberikan bantuan microfinance untuk pengadaan alat dan pendidikan para pemulung serta komunitasnya.
Matematika ternyata juga mengantarkan Moses untuk mengembangkan minatnya terhadap solusi masalah kebersihan di kota besar.
Dalam research paper berjudul On the Game-Theoritics Model of Indonesia’s Pollution State, Moses menggunakan salah satu teori matematika, game theory, untuk membuat rumus matematika dalam mengatasi problem sampah.
Penelitian itu ia kembangkan saat melakukan riset matematika di bawah mentor Carl Yerger dari Davidson College di Amerika Serikat. Inilah awal dari munculnya ide SampahLink.
“Saya sering melihat pemulung sedang mengorek tempat sampah di pinggir jaan untuk mencari sampah kering yang bisa mereka jual untuk daur ulang. Padahal banyak pihak (terutama rumah tangga) yang memiliki sampah kering justru bingung dalam mengelola sampah tersebut," kata Moses.
Dari sinilah muncul ide SampahLink yang menghubungkan para pemulung dengan pemilik sampah kering melalui aplikasi berbasis smartphone sehingga kedua pihak menjadi saling diuntungkan, serta dapat meningkatkan kesejahteraan para pemulung.
Melalui SampahLink, Moses juga membantu mengurangi tingkat polusi, meningkatkan kesadaran daur ulang sampah kering serta menciptakan tingkat kehidupan serta masa depan yang lebih baik bagi para pemulung – kelompok masyarakat ekonomi lemah yang sering terlupakan.
Di masa depan, Moses ingin meniti awal kariernya di luar negeri untuk mencari pengalaman dan menembus jaringan internasional.
“Saya berharap, saya dapat membawa jaringan-jaringan ini agar dapat berguna untuk perkembangan perekonomian Indonesia. Dan tentu saja, saya akan menggunakan ilmu dan ketrampilan data science, matematika dan computer science saya untuk membantu mengatasi permasalahan di Indonesia,” ujarnya.
Dan mimpi besarnya adalah menjadi social entrepreneur yang sukses di negeri ini.
“Dengan menjadi social entrepreneur, saya ingin berperan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia,” tambah Moses dengan yakin.