TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Pariwisata telah menunjuk Malang sebagai destinasi wisata halal unggulan Indonesia.
Setelah penunjukan itu, Malang dan kota/kabupaten di sekitarnya bersiap diri.
Sebagai bentuk memberikan konsep soal wisata halal, UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang menggelar acara Internasional Confrence On Halal Innovation, Engineering, and Science (ICOHTES) di Hotel Sahid Montana II, Kota Malang, Rabu (30/10/2019).
Acara ini menghadirkan pembicara asal Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Di antaranya yang hadir, yaitu Prof Dr Pakorn Priyakorn dari Thailand, Prof DrNangkula Utaberta dari Malaysia
Salah satu peserta seminar, Fauziah menanyakan tahapan menyusun wisata halal. Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu sedang menyusun konsep wisata halal. Termasuk tingkat persaingan dengan pariwisata konvensional.
Sebagai salah satu pembicara, TGB HM Zainul Majdi menjelaskan, pariwisata halal tidak merusak pariwisata konvensional. Ibaratnya menambah segmen baru. Saat memulai, diyakini ini aktivitas yang baik.
"Saya orang yang yakin kedua pola pariwisata berjalan bersama dengan tata kelola yang baik akan ada keberkahan dan kemanfaatan. Ukuran pariwisata akan membesar," kata dia, pada saat mengisi materi di acara itu.
Dia mengaku mengenalkan pariwisata halal di NTB pada 2015. Terbukti, hadirnya hadirnya wisata halal sanggup memperluas pariwisata di Pulau Lombok.
Terbukti dari data kualitatif dan kuantitatif, pasca 2015 setelah halal destination kunjungan wisata naik 190 persen. Data spesifik menunjukkan berbagai indikator yang dihadirkan Pemprov NTB memberi kontribusi 70 persen dari segmen halal tourism.
"Pariwisata halal tak akan mengganggu wisata konvensional yang telah ada," tambahnya.