Sandra menerangkan tahapan umum dalam penyusunan kurikulum. Pertama, adalah profil dari program studi, dilanjutkan dengan capaian pembelajaran, dan menyusun rancangan pembelajaran semester (RPS).
Menurut dia, peran leader suatu perguruan tinggi penting dalam memastikan bahwa semua pihak terlibat dalam penyusunan kurikulum.
“Dalam penyusunan kurikulum, khususnya vokasi, jangan sampai lebih banyak posti teorinya. Pembahasan mengenai kurikulum ini tidak akan pernah berhenti karena harus selalu dicocokkan dengan kebutuhan industri,” terangnya.
Pada sesi terakhir, Nunung Martina menuturkan bahwa dalam penyusunan kurikulum pendidikan vokasi, instrumen sudah sangat lengkap, mulai dari kebijakan, pedoman, SDM, hingga mitra industri.
Baca juga: Era Industri 4.0 Mampu Ciptakan Lapangan Kerja Baru
Namun, permasalahan yang selalu muncul adalah ketidakselarasan kompetensi lulusan vokasi dengan kebutuhan industri. Hal ini perlu untuk dibicarakan bersama juga dicarikan solusinya.
Meski begitu, Nunung mengapresiasi Pemerintah yang kali ini benar-benar fokus dalam penguatan pendidikan vokasi.
Dengan adanga Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi di Kemendikbud, terlebih unit khusus yang menangani kemitraan dan penyelarasan (Dit. Mitras DUDI), menjadi momentum untuk menguatkan pendidikan vokasi sehingga lulusannya memiliki nilai tambah dan berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa.
“Asesmen kurikulum selama ini sudah dilakukan, tetapi hanya lewat tracer study, belum terkonsep sedemikian rupa. Program Asesmen Keselarasan Kurikulum ini adalah sebuah terobosan yang sangat terarah karena ada analisis internal dan eksternalnya,” pungkas perempuan yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur Bidang Akademik PNJ tersebut.