TRIBUNNEWS.COM - Berbagai acara menyambut Hari Bahasa Ibu Internasional (HBII) digelar, 21 Februari 2021 secara kolosal. Ada ribuan peserta terlibat.
Acara itu tetap digelar oleh sejumlah komunitas dan lembaga pegiat bahasa Sunda, bekerja sama Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) serta Unesco, meski tidak mendapat dukungan dana dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Perlombaan yang digelar, yakni membuat konten website bahasa Sunda, olimpiade bahasa Sunda untuk siswa tingkat SMP dan SMA.
Ada pula lomba film pendek yang diadaptasi dari cerpen berbahasa Sunda, lomba menulis cerpen bahasa Sunda antar guru bahasa Sunda.
Kemudian lomba video membaca sajak Ajip Rosidi, lomba menulis sisindiran, lomba teka-teki silang bahasa Sunda, parade tafsir sajak Sunda ke dalam media seni lukis, lomba nadoman bahasa Sunda, serta simposium mata pelajaran bahasa daerah.
Baca juga: Penudaan Pembahasan Revisi UU Pemilu oleh DPR Timbulkan Pertanyaan Publik
Kegiatan tersebut terselenggara atas kerjasama dari Yayasan Rancage, Lembaga Bahasa jeung Sastra Sunda (LBSS), Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PP-SS), Persatuan Pendidik Bahasa Daerah Indonesia (PPDBI) wilayah Jawa Barat, MGMP Mata Pelajaran Bahasa Sunda tingkat SMP dan SMA Propinsi Jawa Barat, Caraka Sundanologi, penerbit buku Sunda CV Geger Sunten, Paseban, Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi), serta Universitas Padjadjaran. Semua kegiatan difasilitasi serta dikordinasi oleh forum kerja sama dan komunikasi singrancage.id.
Pada acara puncak, akan hadir Dr Ming-Kuok Lim, selaku Advisor for Communication and Information, Unesco untuk memberi sambutan.
Etti RS, penasehat acara HBII mengatakan, kegiatan tersebut menjadi bukti bahwa komunitas Sunda yang tersebar di Jawa Barat sangat antusias dan saling bersinergi dalam memajukan aksara, Bahasa dan budaya Sunda.
“Hal ini juga dibuktikan dengan keguyuban banyak pihak yang mendonasikan dana untuk acara ini. Sampai saat ini sudah terkumpul sebanyak kurang lebih 60 juta rupiah, tanpa bantuan Pemprov Jabar,” terang Etti ke Tribun, Jumat (19/2).
Hal yang sama ditegaskan oleh Wakil Ketua Dewan Pengurus PANDI, Heru Nugroho saat diwawancara Tribun. Menurutnya, pihak PANDI bersama panitia HBII 2021 sudah berusaha keras menemui Pempov sebanyak empat kali, tapi tak mendapat tanggapan.
“Sebetulnya kan bantuan Pemprov itu tidak selalu berupa uang, tapi yang penting kebijakan yang mendukung selebrasi aksara dan Bahasa Sunda supaya ada gaungnya di dunia digital dan mendunia,” kata Heru, Jumat (19/2).
Heru membandingkan dengan Pemprov DIY dan Bali. Di kedua provinsi itu, yang mengelenggarakan selebrasi aksara dan bahasa daerahnya adalah pemerintah setempat, sedangkan PANDI, Unesco dan masyarakat menjadi peserta yang terlibat.
“Ini ironis, sebab baru di Jawa Barat selebrasi aksara dan Bahasa daerah diselenggarakan dalam HBII oleh masyarakat, dengan bantuan dana patungan masyarakat dan panitia, sementara pemerintah daerahnya seperti tidak merasa berkepentingan. Beda dengan di Yogya dan Bali,” katanya.
Ketua Lembaga Bahasa Sastra Sunda (LBSS), yang juga terlibat penuh dalam HBII, menyebutkan, Pemda sebetulnya punya Perda yang mengatur perlindungan dan pengembangan aksara dan Bahasa Sunda, tapi implementasinya sama sekali tidak berjalan.