TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak pandemi terjadi, sekolah-sekolah diliburkan dan kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah.
Pemerintah kemudian menerapkan program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebagai jawaban atas semangat belajar yang harus tetap dilakukan di mana pun dan kapanpun.
Pemerintah berharap kegiatan PJJ ini akan bisa tetap dilaksanakan hingga setelah pandemi berlalu.
Namun, menurut survei kejenuhan anak yang dilakukan oleh UNICEF sebanyak 66 persen dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang pendidikan di 34 provinsi mengaku tidak nyaman belajar dari rumah selama masa pandemi Covid-19.
“Pandemi ini sudah memberikan pelajaran pada kita untuk bisa beradatasi dengan keadaan, di mana pemanfaatan teknologi ini harus kita lakukan karena melalui teknologi digitalisasi maka transformasi layanan pendidikan, informasi bisa kita lakukan lebih cepat," ujar Sri Wahyuningsih, Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud saat jadi keynote speaker di webinar Kiat Mengatasi Kejenuhan Ajar-Mengajar Selama PJJ di Masa Pandemi, Kamis, 4 Maret 2021.
Webinar ini diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca juga: Kemendikbud Gandeng Sektor Swasta Berikan Modul untuk PJJ Luring
Sri menjelaskan, Kemendikbud telah melahirkan banyak kebijakan-kebijakan untuk tetap menjaga para siswa agar tidak kehilangan momen dan kehilangan masa belajar.
“Yang kita perlukan di masa pandemi ini adalah meningkatkan kerjasama antara orang tua, guru dan peserta didik merupakan segitiga emas yang harus kita jaga, optimalkan dan literasi satu sama lain,” ujarnya.
Baca juga: Pemerintah Daerah dan Guru Diminta Persiapkan Mitigasi Learning Loss Akibat PJJ
Pembicara lainnya, Dwi Nurani, Analis Pelaksana Kurikulum Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud mengatakan, saat ini bukan hanya pandemi saja yang terjadi tapi kita juga sedang dihadapkan dengan beberapa tantangan pada era super smart society.
"Revolusi industri 4.0 dan society 5.0 membuat kita harus beradaptasi, khususnya di dunia pendidikan," ujarnya.
“Menghadapi tantangan ini tentu saja diperlukan berbagai kompetensi yang bisa menerima keadaan ini melalui kompetensi abad 21. Di mana kita lebih kenal dengan istilah 4C yaitu communication, collaboration, critical thinking, dan sebagainya,” kata dia.
Kiat-kiat bagaimana antara peserta didik dan guru tidak jenuh terhadap PJJ adalah dengan membangun cara mengajar yang menyenangkan, menjadi guru yang baik, guru sebagai motivator dan guru yang luar biasa.
Di kesempatan yang sama, Stephanie Hardjo, Head of K12 Product Ruangguru, menjelaskan bahwa hasil riset pembelajaran online dibutuhkan adanya interaksi setiap tiga menit sekali antara peserta didik dan guru.
“Pembelajaran yang baik tentunya adalah pembelajaran yang bisa menjembatani antara siswa dan guru misalnya, bagaimana cara desain pembelajaran, membangun kompetensi pengajar dan tahu kapan sesi Happy Hour siswa,” jelasnya.
Roswita Amelinda selaku Strategic Partnerships Specialist at Sekolah.mu menambahkan, jika kondisi PJJ ini adalah kondisi yang sulit dan menantang baik dari sisi murid, guru, sekolah maupun pemerintah.
“Banyak yang khawatir akan pembelajaran ini, padahal dari segi basic atau dasar yang lebih dikhawatirkan adalah justru tentang kesehatan kita semua karena resiko terpapar virus sangat tinggi,” tutur Roswita.
Di sesi terakhir, Leonardo Edwin, seorang konten kreator mengatakan jika pembelajaran online jarak jauh dari sisi mahasiswa adalah sangat bisa untuk dilakukan khususnya dari pengalaman pribadi yang dirasakan.
“Namun tidak terbayangkan jika pembelajaran online ini malah menjadi sesuatu yang baru bagi kita semua" ucapnya.
Webinar ini ditayangkan secara live melalui aplikasi Zoom, serta kanal YouTube Siberkreasi, Pendidikan.id, dan Direktorat Sekolah Dasar.