Waktu itu, si Ikan sedang beristirahat di tepian sungai. Ia menatap nanar biji-bijian pada sebuah pohon yang berada di pinggir sungai.
"Biji-bijian itu nampak sangat lezat. Tapi, apa daya, aku tak bisa mengambilnya," batin hewan yang bernapas dengan insang ini.
Karena sangat menginginkan biji-bijian itu, ia pun melompat-lompat berharap bisa meraihnya. Meski telah berulang kali melompat, ia tak kunjung berhasil mendapatkannya.
Setelah itu, ia melihat seekor burung yang terbang ke sana kemari. Lalu, ia merasa iri pada hewan itu.
"Tuhan, kenapa Engkau tak berikan aku sayap untuk terbang supaya aku bisa meraih biji-bijian itu," ucapnya dalam hati.
Di sisi lain, si Burung yang telah lama berterbangan itu lalu hinggap di salah satu dahan pohon pinggir sungai. Ia merasa lelah terbang ke sana kemari untuk mencari makanan.
Saat beristirahat, ia melihat begitu banyak cacing di dasar sungai. Cacing-cacing itu nampak gemuk dan lezat.
"Pasti cacing-cacing itu sangat enak. Badannya gemuk-gemuk sekali," ucap hewan bersayap itu dalam hati.
Kemudian, ia berusaha menyelam ke dalam air untuk menangkap para cacing. Akan tetapi, ia selalu gagal karena tak sanggup berenang.
Saat memandangi cacing-cacing itu, ia melihat seekor ikan yang sedang berenang dalam air. Dalam hati, ia berkata, "Tuhan, kenapa Engkau tak memberiku ekor dan sirip supaya aku bisa berenang dan menangkap cacing-cacing itu."
Si Ikan melihat burung selalu menyelam ke air. Ia pun penasaran, apa yang sebenarnya hewan itu lakukan.
"Permisi, apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya pada hewan yang beterbangan itu.
"Aku sedang mencoba menyelam ke dasar sungai untuk menangkap cacing, tapi aku tak kunjung berhasil," ungkap si Burung.
"Hmm, daritadi aku juga melihatmu melompat-lompat. Apa yang sedang kau lakukan?" tanya si Burung.