Namun pada suatu hari, Ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memang tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari, Buaya memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini. Tentu saja Buaya sangat marah melihat Hiu Sura melanggar janjinya.
Buaya : "Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua? Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?"
Sura : "Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair. Bukankah aku sudah bilang, bahwa aku adalah penguasa di air?"
Buaya : "Apa? Sungai itu tempatnya di darat, sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu adalah daerah kekuasaanku!"
Sura : "Tidak bisa! Aku kan tidak pernah bilang kalau di air itu hanya air laut, tetapi juga air sungai"
Buaya : "Kau sengaja mencari gara-gara, Sura."
Sura : "Tidak! kukira alasanku cukup kuat dan aku memang di pihak yang benar!"
Buaya : "Kau sengaja mengakaliku. Aku tidak sebodoh yang kau kira!"
Sura : "Aku tidak peduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!"
Karena tidak ada yang mau mengalah, maka pertempuran sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi. Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat.
Buaya mendapat gigitan Hiu Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membengkok ke kiri. Sementara ikan Sura juga tergigit ekornya hingga hampir putus, lalu ikan Sura kembali ke lautan. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.
Pertarungan antara ikan Hiu yang bernama Sura dan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Surabaya, yaitu gambar "ikan sura dan buaya".
Ayo Membaca (Halaman 170)
Ayo membaca teks dongeng "Asal Usul Kota Surabaya" di atas!