Ki Hadjar Dewantara berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda.
Kala itu, anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang hanya diperbolehkan mengenyam bangku pendidikan.
Kemudian, kritik Ki Hadjar Dewantara terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda.
Ia diasingkan bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo.
Ketiga tokoh ini kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.
Setelah kembali ke Indoesia, Ki Hadjar Dewantara mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa.
Hingga akhirnya, Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia.
Filosofinya, yang digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia adalah Tut Wuri Handayani (“di belakang memberi dorongan”).
Baca juga: Hardiknas 2021, Nadiem Dorong Pendidikan Indonesia Bangkit dari Kesulitan Akibat Pandemi Covid-19
Ki Hadjar Dewantara
Dilansir lpmpriau.kemdikbud.go.id, Ki Hadjar Dewantara memiliki nama asli RM Suwardi Suryaningrat yang berasal dari keluarga ningrat di Yogyakarta, 2 Mei 1889.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Ia mengenyam pendidikan di STOVIA.
Namun tidak dapat menyelesaikannya karena sakit.
Akhirnya, Ia bekerja menjadi seorang wartawan di beberapa media surat kabar.
Di antaranya De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.