TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menekankan pentingnya penerapan protokol 3M pada masa Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.
Menurutnya, syarat pembelajaran tatap muka salah satunya dapat dilakukan apabila mengikuti protokol kesehatan ketat.
"Memang banyak sekali panduan, seperti SKB 4 Menteri itu kalau saya lihat-lihat itu kayak skripsi. Tetapi sebenarnya basic-nya sama, yaitu cuma 3M. Kita harus ngerti dulu apa yang meski dilakukan," kata dia dalam webinar Sekolah/Madrasah Tanggap Covid-19 melalui Pendekatan School Of Five, Jumat (7/5/2021).
Baca juga: Sebelum Sekolah Tatap Muka Dimulai, Siswa Diusulkan Divaksin dan Dites Covid-19
Reisa menjelaskan, penerapan protokol kesehatan menjadi sangat penting lantaran penularan covid-19 dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Penularan secara langsung dikenal dengan droplet, yakni keluarnya percikan air dari mulut dan hidung yang mengandung virus.
Sedangkan tidak langsung adalah melalui benda-benda yang ada di sekitar.
"Ingat, tempat masuknya virus itu cuma ada tiga, mata, hidung dan mulut. Virus masuk lewat baju dan enggak bisa, jadi apa yang kita lakukan itu cuma mencegah terjadinya penularan dengan kontak langsung atau tidak langsung ini," ungkap dia.
Baca juga: Nadiem Ungkap 25 Persen Sekolah Sudah Gelar Pembelajaran Tatap Muka
Ia mengingatkan, saat ini lebih dari 154 juta penduduk du dunia dinyatakan positif covid-19.
Sementara di Indonesia, kasus covid-19 terus menunjukkan penurunan.
Maka dari itu, ia berharap, dibukanya PTM terbatas membutuhkan komitmen bersama. Tidak hanya guru dan murid, tapi juga orang tua.
Menurut Reisa, orang tua harus menjadi pengawas dan turun tangan secara langsung, agar dapat memastikan pihak sekolah siap melaksanakan PTM terbatas.
"Sekolah juga harus terbuka, termasuk semua komunikasi itu harus dilakukan. Karena di sekolah terdapat tempat yang rentan berpotensi kerumunan, seperti anak bermain, maka harus benar-benar dijaga, termasuk tidak bisa makan-makan di sekolahan, kalaupun makan di sekolah bawa bekal sendiri," jelasnya.
Baca juga: Uji Coba Belajar Tatap Muka Berakhir, Disdik DKI Klaim Nihil Laporan Klaster Corona di Sekolah
Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Umar menyatakan siap optimistis bahwa PTM dapat dilakukan kembali.
Ia memandang, rindu yang amat kuat dirasakan oleh guru maupun siswa/i saat ini untuk belajar tatap muka, dapat menjadi imunitas tersendiri.
"Menurut saya sudah sangat siap sekolah/madrasah dibuka. Persiapan kawan-kawan di sekolah dan madrasah rasanya sudah sangat siap. Cuci tangan, apalagi fisik, semua warga sekolah dan madrasah siap untuk belajar tatap muka," ujarnya.
Baca juga: Ombudsman Minta Masyarakat Awasi Pemenuhan Daftar Periksa Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dan akan dilakukan Juli 2021.
Karena itu, Netherland Development Organisation (SNV) aktif melakukan pendekatan School of Five dalam upaya menyadarkan peserta didik di tingkat SD dan Madrasah, agar mereka patuh pada kebersihan maupun penerapan 3M.
Pembimbing WASH di Sekolah, SNV Indonesia Yuyu Mukaromah mengatakan, School of Five merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk kampanye kebersihan tanggap covid-19 di sekolah dan telah diakui keberhasilannya di beberapa negara.
"Sepanjang Desember 2020-Maret 202, SNV bersama dengan pemerintah daerah di 10 daerah HBCC telah melaksanakan kegiatan School of Five. Kegiatan dilakukan seperti pelatihan guru, pelatihan dokter kecil dan penyampaian sesi-sesi kepada peserta didik baik secara virtual maupun tatap muka," kata dia.