Garis khatulistiwa juga melintasi Maladewa, Indonesia, Kiribati serta melintasi Samudera Pasifik, Samudera Atlantik dan Samudera Hindia.
Baca juga: Dapatkah hewan yang sudah punah dihidupkan kembali untuk melawan perubahan iklim?
Baca juga: Apa Itu Kiamat Internet? Fenomena Akibat Badai Matahari Besar
Iklim di Khatulistiwa
Dua kali setahun, selama musim semi dan musim gugur ekuinoks, matahari melintas tepat di atas Khatulistiwa.
Wilayah di sekitar khatulistiwa mendapat sinar matahari yang cukup banyak sepanjang tahun.
Keadaan cuaca yang rata-rata panas mengakibatkan negara-negara di daerah itu beriklim tropis.
Iklim tersebut mengakibatkan terjadinya hujan yang disebut dengan hujan tropis yang juga menciptakan hutan hujan.
Banyak spesies tumbuhan dan hewan tumbuh subur di hutan hujan tersebut.
Dilansir National Geographic, beberapa hutan hujan terluas di dunia berada di wilayah khatulistiwa.
Di antaranya hutan hujan Amazon di Amerika Selatan, hutan hujan Kongo di Afrika Tengah, dan beragam hutan hujan Asia Tenggara yang membentang dari India hingga Vietnam.
Meski banyak disinari matahari, tapi tidak semua wilayah khatulistiwa memiliki cuaca yang panas.
Gunung Kilimanjaro di Tanzania, justru bercuaca kering dengan iklim yang sejuk khas pegunungan.
Sementara di Gunung Atacama, Chili malah terdiri atas gurun pasir dengan curah hujan yang rendah.
Waktu yang dibutuhkan matahari untuk terbenam dan terbit di Khatulistiwa adalah yang tercepat di Bumi.
Transisi dari siang ke malam hanya membutuhkan beberapa menit.
(Tribunnews.com/Tio)