Pada ayahku, Dokter Rana bercerita bahwa cita-citanya menjadi dokter dulu muncul karena melihat kesadaran hidup sehat masyarakat desa yang sangat rendah.
Sungai dipakai untuk mandi, mencuci, kakus lalu airnya dikonsumsi. Hasil bumi dan peternakan tidak dimanfaatkan untuk membentuk pola makan sehat.
Warga lebih suka menjualnya ke kota dan uangnya dipakai untuk membeli makanan instan.
Selama praktik di kota, Dokter Rana terbayang terus kondisi desanya. Ia merasa bahwa seharusnya ilmu yang dimilikinya sebagai seorang dokter bisa bermanfaat untuk kampung halamannya sendiri.
“Jadi Pak Andri, saya ini pulang untuk memenuhi niat saya ketika menerima beasiswa, yaitu menyejahterakan warga desa tempat saya lahir dan dibesarkan,” ujar Dokter Rana pada ayahku.
Baca juga: KUNCI JAWABAN Tema 4 Kelas 5 SD Halaman 57 58 59 61 62 Buku Tematik: Organ Peredaran Darah Manusia
Sejak pulang, Dokter Rana memang aktif membina para remaja dan keluarga muda.
Ia memberikan penyuluhan tentang pentingnya mencuci tangan, memasak air, pola makan sehat, dan imunisasi.
Baginya, generasi muda adalah perantara terbaik untuk menyampaikan misi meningkatkan kesadaran hidup sehat masyarakat desa.
Sebagai anak kepala desa, Dokter Rana sering mendengar cerita almarhum ayahnya bahwa banyak warga takut berobat karena tidak mampu membayar.
Tak ingin hal itu terjadi, maka diumumkannya bahwa warga dapat membayar jasanya dengan sampah.
Ya, sampah! Sampah kering jenis apa saja yang bisa didaur ulang.
Botol plastik, botol kaca, koran bekas, bahkan kemasan bekas, diterima oleh Dokter Rana.
Cara ini membuat warga aktif dan bijak mengelola sampah.
Sungguh kreatif dan cerdas cara Pak Dokter mendidik warga.