News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Materi Sekolah

Mengenal Struktur dan Fungsi Sistem Peredaran Darah Manusia dan Sistem Penggolongan Darah

Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berikut struktur dan fungsi sistem peredaran darah manusia dan sistem penggolongan darah.

TRIBUNNEWS.COM - Berikut struktur dan fungsi sistem peredaran darah manusia dan sistem penggolongan darah.

Dalam tubuh manusia terdapat sistem peredaran darah.

Apabila tubuh terluka, tubuh dapat mengeluarkan darah.

Apabila darah keluar secara terus menerus, seseorang akan kekurangan darah.

Namun, setelah beberapa lama, darah yang awalnya keluar dari tubuh dapat terhenti.

Baca juga: 10 Upaya Pencegahan Diri dari Bahaya Narkoba

Ternyata, dalam tubuh manusia terdapat mekanisme pembekuan darah, sehingga darah tidak terus keluar dari tubuh.

Darah pada tubuh manusia berfungsi untuk mengangkut nutrisi, oksigen, hormon, dan senyawa kimia lain ke seluruh sel-sel tubuh serta mengangkut karbon dioksida dan sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh.

Selain itu, darah juga berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan penyakit.

Proses ini berlangsung terus menerus selama kehidupan manusia.

Untuk melakukan fungsi tersebut, terdapat berbagai organ dalam tubuh yang terlibat.

Berikut struktur dan fungsi sistem peredaran darah manusia dan sistem penggolongan darah, dikutip dari Buku Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 8 Semester 1:

Darah

Darah merupakan jaringan ikat yang berwujud cair dan tersusun atas dua komponen utama yaitu plasma dan elemen seluler.

Komponen Penyusun Darah (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Plasma darah merupakan cairan ekstraseluler yang mengandung zatzat terlarut, sedangkan elemen seluler tersusun atas sel-sel darah.

Apabila darah yang terdapat di dalam tabung reaksi disentrifugasi (diputar) dengan kecepatan tertentu, sel-sel darah akan berada pada bagian dasar, sedangkan plasma berada pada bagian atas.

Darah tersusun atas 55 persen plasma darah dan 45 persen sel-sel darah.

Secara normal, lebih dari 99 persen sel-sel darah tersusun atas sel darah merah (eritrosit) dan sisanya tersusun oleh sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit).

Sel-sel Darah (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

- Plasma darah

Plasma darah tersusun atas 91,5 persen air (H2O) dan 8,5 persen zat-zat terlarut.

Zat-zat terlarut tersebut tersusun atas protein dan zat-zat lain.

Protein-protein yang terlarut dalam plasma antara lain albumin, fibrinogen, dan globulin yang sering disebut sebagai protein plasma.

Zat-zat lain yang terlarut dalam plasma darah antara lain sari makanan, mineral, hormon, antibodi, dan zat sisa metabolisme (urea dan karbondioksida).

- Sel darah merah (eritrosit)

Sel darah merah berbentuk bulat pipih dengan bagian tengahnya cekung (bikonkaf).

Sel darah merah tidak memiliki inti sel.

Warna merah pada sel darah merah disebabkan adanya hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah.

Hemoglobin merupakan suatu protein yang mengandung unsur besi.

Sel darah merah paling banyak terdapat dalam darah, 1 mm3 (1 mm kubik) (kurang lebih sekitar satu tetes) darah terdiri atas 4-5 juta sel darah merah.

Ketika dalam paru-paru, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap oksigen, sehingga akan mengikat oksigen membentuk kompleks oksihemoglobin.

Persamaan reaksi kimianya adalah:

Persamaan Reaksi Kimia pada Sel Darah Merah (1) (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Ketika sel darah merah berada dalam jaringan tubuh, daya ikat hemoglobin terhadap oksigen berkurang, sehingga oksigen terlepas dari hemoglobin menuju sel-sel tubuh.

Sebaliknya, saat berada dalam jaringan tubuh, daya ikat hemoglobin terhadap karbondioksida tinggi.

Karbon dioksida berikatan dengan hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin.

Persamaan reaksi kimianya adalah:

Persamaan Reaksi Kimia pada Sel Darah Merah (2) (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Sel darah merah yang mengandung karbaminohemoglobin selanjutnya menuju paru-paru.

Di dalam paru-paru karbon dioksida dilepaskan untuk dikeluarkan dari tubuh.

Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum merah tulang.

Namun, selama dalam kandungan, sel darah merah dibentuk dalam hati dan limpa.

Sel darah merah hanya berusia sekitar 100 - 120 hari.

Sel yang telah tua akan dihancurkan oleh sel makrofag di dalam hati dan limpa.

Selanjutnya, di dalam hati, hemoglobin dirombak, kemudian dijadikan bilirubin (pigmen empedu).

- Sel darah putih (leukosit)

Berbeda dengan sel darah merah, sel darah putih memiliki bentuk yang tidak tetap atau bersifat ameboid dan mempunyai inti.

Jumlah sel darah putih tidak sebanyak jumlah sel darah merah, setiap 1 mm3 (1 mm kubik) darah mengandung sekitar 8.000 sel darah putih.

Fungsi utama dari sel darah putih adalah melawan kuman/bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh.

Apabila di dalam darah terjadi peningkatan jumlah leukosit, maka kemungkinan terjadi infeksi di bagian tubuh.

Jika jumlah leukosit sampai di bawah 6.000 sel per 1 mm3 darah disebut sebagai kondisi leukopenia.

Jika jumlah leukosit melebihi normal (di atas 9.000 sel per 1 mm3) disebut leukositosis.

Berdasarkan ada tidaknya butir-butir kasar (granula) dalam sitoplasma leukosit, leukosit dapat dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit.

Leukosit jenis granulosit terdiri atas eosinofil, basofil, dan netrofil.

Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit.

Karakteristik Jenis-jenis Sel Darah Putih (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

- Keping darah (Trombosit)

Bentuk trombosit beraneka ragam, yaitu bulat, oval, dan memanjang.

Trombosit tidak berinti dan bergranula.

Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel per 1 mm3 darah.

Umur dari keping darah cukup singkat, yaitu 5 sampai 9 hari.

Keping darah sangat berhubungan dengan proses mengeringnya luka, sehingga tidak heran jika ada yang menyebut keping darah dengan sel darah pembeku.

Sesaat setelah bagian tubuh terluka, trombosit akan pecah karena bersentuhan dengan permukaan kasar dari pembuluh darah yang luka.

Di dalam trombosit, terdapat enzim trombokinase atau tromboplastin.

Enzim tromboplastin akan mengubah protrombin (calon trombin) menjadi trombin karena pengaruh ion kalsium dan vitamin K dalam darah.

Trombin akan mengubah fibrinogen (protein darah) menjadi benang-benang fibrin.

Benang-benang fibrin ini akan menjaring selsel darah sehingga luka tertutup dan darah tidak menetes lagi.

Proses Pembekuan Darah (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Sistem penggolongan darah

Darah dapat dikelompokkan berdasar sistem ABO, sistem Rhesus (Rh), dan sistem MN.

Sistem ABO dan Rh merupakan sistem penggolongan darah yang sering digunakan.

Berdasarkan sistem penggolongan darah ABO, darah dikelompokkan menjadi 4 golongan darah, yaitu golongan darah A, B, AB, dan O.

Pembagian ini dilakukan karena adanya perbedaan aglutinogen (antigen) pada permukaan membran sel darah merah (eritrosit) dan antibodi (aglutinin) dalam plasma darah.

Antigen dan Antibodi pada Darah (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Ada dua jenis antigen pada sel darah merah, yaitu antigen-A dan antigen-B.

Antibodi dalam plasma darah juga terdiri atas dua jenis, yaitu antibodi anti-A dan antibodi anti-B.

Jenis antigen dan antibodi inilah yang akan menentukan jenis golongan darah seseorang.

Karakteristik Golongan Darah (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Sistem penggolongan darah Rhesus dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu Rhesus positif (Rh+) dan Rhesus negatif (Rh−).

Golongan darah seseorang dapat dikelompokkan berdasar dua sistem penggolongan darah baik sistem golongan darah ABO dan Rhesus, misalnya seseorang yang memiliki golongan darah A ada yang Rhesusnya positif dan ada yang Rhesusnya negatif.

Seseorang harus mengetahui golongan darah karena golongan darah sangat penting pada proses transfusi darah.

Transfusi darah adalah proses pemindahan darah dari donor (pemberi) ke resipien (penerima).

Jika seseorang mendapatkan transfusi darah dari donor yang golongan darahnya berbeda dengan golongan darah resipien, akan menimbulkan bahaya bagi resipien.

Darah resipien dapat mengalami pembekuan atau penggumpalan dan dapat menyebabkan kematian.

Oleh karena itu, dalam transfusi darah harus disesuaikan jenis golongan darah baik golongan berdasarkan ABO maupun Rhesusnya.

Misalnya, seseorang memiliki golongan darah A Rhesus positif, ketika seseorang akan menerima transfusi darah, pilihlah golongan darah yang juga golongan darah A Rhesus positif.

Namun, jika tidak terdapat golongan darah A Rhesus positif, seseorang dapat menerima dari golongan darah O Rhesus positif.

Golongan Darah Resipien dan Donor (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Berdasarkan Tabel 6.3, seseorang dapat mengetahui bahwa golongan darah AB dapat menerima darah dari resipien golongan darah apapun.

Oleh karena itu, golongan darah AB disebut dengan resipien universal.

Sebaliknya, golongan darah O dapat menjadi donor bagi semua golongan darah atau golongan darah O itu sendiri.

Oleh karena itu, golongan darah O disebut sebagai donor universal.

Meskipun secara teorinya golongan darah AB dapat menerima dari semua golongan darah, tetapi pada praktiknya tim medis selalu mengusahakan golongan darah yang sama pada saat transfusi darah.

Misalnya, seseorang yang bergolongan darah AB, pada saat membutuhkan transfusi darah, akan ditransfusi oleh orang atau keluarga yang bergolongan darah AB juga.

(Tribunnews.com/Katarina Retri)

Artikel lainnya terkait Materi Sekolah

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini