Lalu, Makasiga berkelana keluar-masuk hutan untuk mencari alat musik yang diinginkan Lintang, untuk menghangatkan badan di malam hari, Makasiga membelah-belah kayu untuk kemudian dijemurnya.
Setelah kering, belahan-belahan kayu itu lalu diambil satu persatu dan dilemparkannya ke tempat lain.
Saat belahan-belahan kayu jatuh membentur tanah, terdengar bunyi-bunyian yang amat nyaring dan merdu.
Singkat cerita, Makasiga jatuh sakit dan kurus kering karena terlalu fokus mencari alat musik untuk Lintang, sehingga ia lupa makan dan minum.
Dua orang pemburu tadi menemukannya dan membawanya kembali ke desanya.
Namun karena sakitnya semakin parah, Makasiga pun meninggal dunia.
Mendengar Makasiga meninggal, Lintang pun sakit parah dan akhirnya meninggal.
Kata “kolintang” berasal dari bunyi “tong” untuk nada rendah, “ting” untuk nada tinggi, dan “tang” untuk nada tengah.
Dahulu, orang Minahasa biasanya mengajak bermain kolintang dengan mengatakan “Mari kita ber Tong Ting Tang” atau dalam bahasa daerah Minahasa “Maimo Kumolintang”.
Dari kebiasaan itulah muncul istilah “kolintang”.
Jenis Alat Musik Kolintang
Pada saat ini alat musik Kolintang terbagi menjadi beberapa jenis yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut terlihat dari suara yang dihasilkannya, jenis alat musik Kolintang terdiri dari 9 jenis, yaitu :
Loway (bass), cella(cello), karua (tenor 1), karua rua (tenor 2), uner (alto 1), uner rua (alto 2), katelu (ukulele), ina esa (melodi 1), ina rua (melodi 2) dan ina taweng (melodi 3).
(Tribunnews.com/Kristina Wulandari)