TRIBUNNEWS.COM - Berikut kunci jawaban buku tematik kelas 4 tema 8 halaman 5.
Pada buku tema 8 kelas 4 halaman 5, siswa diminta mendiskusikan tentang cerita fiksi dan ciri-ciri cerita fiksi.
Siswa diminta untuk mencari informasi mengenai cerita fiksi dan ciri-cirinya dari berbagai sumber.
Sebelum menengok kunci jawaban ini, siswa harus mengerjakan terlebih dahulu.
Baca juga: Siapa Tokoh-tokoh yang Terdapat dalam Cerita Tersebut? Buku Tema 8 Kelas 4 Halaman 4
Kunci jawaban buku tema 8 kelas 4 halaman 5 :
Cerita Fiksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fiksi adalah cerita rekaan.
Sehingga pengertian cerita fiksi adalah cerita rekaan, khayalan, fantasi, atau cerita yang tidak berdasarkan kenyataan.
Ciri-ciri Cerita Fiksi
Dikutip dari gramedia.com, cerita fiksi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Bersifat imajinasi dari berbagai pengarang
- Tidak ada nilai kebenaran relatif atau absolut
- Secara umum, bahasa yang digunakan adalah sugestif
- Tidak ada klasifikasi standar
- Secara umum cerita fiksi ini bercerita tentang perasaan pembaca, bukan nilai logika melainkan emosi
- Setiap cerita memiliki pesan moral, yaitu misi tertentu
Pada soal buku tematik kelas 4 tema 8 halaman 5, siswa diminta mencari informasi tentang apa itu cerita fiksi dan ciri-ciri cerita fiksi.
Namun, untuk menambah pengetahuan siswa, Tribunnews.com menyajikan sejumlah informasi lain terkait cerita fiksi.
Baca juga: Apakah Air dan Listrik Termasuk Sumber Energi, Buku Tema 9 Kelas 4 Halaman 1
Jenis Cerita Fiksi
Cerita fiksi memiliki beberapa jenis, yaitu :
- Novel
- Cerpen
- Roman
Contoh Cerita Fiksi
Contoh cerita fiksi terdapat dalam buku tematik kelas 4 tema 8 halaman 2 dengan judul "Asal Mula Telaga Warna".
Berikut teks lengkapnya :
Asal Mula Telaga Warna
Dahulu kala di Jawa Barat, ada Raja dan Permaisuri yang belum dikarunia anak. Padahal, mereka sudah bertahun-tahun menunggu. Akhirnya, Raja memutuskan untuk bertapa di hutan.
Di hutan Raja terus berdoa kepada Yang MahaKuasa. Raja meminta agar segera dikarunia anak. Doa Raja pun terkabul. Permaisuri melahirkan seorang bayi perempuan.
Raja dan Permaisuri sangat bahagia. Seluruh rakyat juga bersuka cita menyambut kelahiran Putri Raja. Raja dan Permaisuri sangat menyayangi putrinya.
Mereka juga sangat memanjakannya. Segala keinginan putrinya dituruti. Tak terasa Putri Raja telah tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Hari itu dia berulang tahun ketujuh belas. Raja mengadakan pesta besarbesaran. Semua rakyat diundang ke pesta.
Raja dan Permaisuri telah menyiapkan hadiah istimewa berupa kalung. Kalung terbuat dari untaian permata berwarna-warni.
Saat pesta berlangsung, Raja menyerahkan kalung itu. ”Kalung ini hadiah dari kami. Lihat, indah sekali, bukan? Kau pasti menyukainya,” kata Raja.
Raja bersiap mengalungkan kalung itu ke leher putrinya. Sungguh di luar dugaan, Putri menolak mengenakan kalung itu.
”Aku tak suka kalung ini, Ayah,” tolak Putri dengan kasar. Raja dan Permaisuri terkejut.
Kemudian, Permaisuri berusaha membujuk putrinya dengan lembut. Permaisuri mendekat dan hendak memakaikan kalung itu ke leher putrinya.
”Aku tidak mau! Aku tidak suka kalung itu! Kalung itu jelek!” teriak Putri sambil menepis tangan Permaisuri.
Tanpa sengaja, kalung itu terjatuh. Permata-permatanya terceraiberai di lantai. Permaisuri sangat sedih.
Permaisuri terduduk dan menangis. Tangisan Permaisuri menyayat hati.
Seluruh rakyat yang hadir turut menangis. Mereka sedih melihat tingkah laku Putri yang mereka sayangi.
Tidak disangka, air mata yang tumpah ke lantai berubah menjadi aliran air. Aliran air menghanyutkan permata-permata yang berserakan. Air tersebut mengalir ke luar istana dan membentuk danau.
Anehnya, air danau berwarna-warni seperti warna-warna permata kalung Putri. Kini danau itu dikenal dengan nama Telaga Warna.
Disadur dari: Dian K, 100 Cerita Rakyat Nusantara, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2014.
*) Disclaimer:
- Jawaban di atas hanya digunakan oleh orangtua untuk memandu proses belajar anak.
- Sejumlah soal merupakan pertanyaan terbuka yang artinya ada beberapa jawaban tidak terpaku seperti di atas.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)