Tokoh mengalami kejadian dalam berbagai latar waktu.
Tokok dapat ada pada seting waktu dan tempat yang berbeda zaman (bisa waktu lampau atau waktu yang akan datang/futuristik).
5. Bersifat fiksi
Cerita fantasi bersifat fiktif (bukan kejadian nyata).
Cerita fantasi bisa diilhami oleh latar nyata atau objek nyata dalam kehidupan tetapi diberi fantasi.
Misalnya, latar cerita dan objek cerita Ugi Agustono diilhami hasil observasi penulis terhadap komodo dan Pulau Komodo.
Tokoh dan latar difantasikan dari hasil observasi objek dan tempat nyata.
Demikian juga Djoko Lelono memberi fantasi pada fakta Kota Wlingi (Blitar), zaman Belanda, Gunung Kelud.
6. Bahasa
Penggunaan sinonim dengan emosi yang kuat dan variasi kata cukup menonjol.
Bahasa yang digunakan variatif, ekspresif, dan menggunakan ragam percakapan (bukan bahasa formal).
Ciri kebahasaan pada cerita fantasi, sebagai berikut:
a) Menggunakan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan (aku, dia, mereka, Rina, Dani).
b) Menggunakan kata yang mencerap panca indra untuk deskripsi latar (tempat, waktu, suasana).