TRIBUNNEWS.COM - Inilah dampak postif dan negatif dari sistem Tanam Paksa bagi rakyat Indonesia.
Johannes van den Bosch adalah gubernur jenderal yang mencetuskan sistem cultuurstelsel atau tanam paksa pada 1930.
Sistem tanam paksa yaitu rakyat Indonesia terutama petani diwajibkan untuk menanam komoditas yang sesuai permintaan pemerintah di tanah milik mereka sendiri.
Di antaranya kopi, tembakau, tebu, teh, lada, kayu manis, dan kina.
Tanaman tersebut merupakan komoditi ekspor yang menunjang kebutuhan ekonomi dari pemerintah Hindia Belanda di Indonesia.
Namun, dalam penerapan sistem Tanam Paksa, tentu memiliki dampak postif dan negatif bagi rakyat Indonesia.
Berikut dampak postif dan negatif dari sistem Tanam Paksa, mengutip dari Buku Sejarah Kelas 11 KuriKulum Merdeka.
Baca juga: Siapakah yang Menerapkan Tanam Paksa di Masa Kolonial? Buku Tema 7 Kelas 5 Halaman 33 Subtema 1
Dampak Positif dari Sistem Tanam Paksa
a. Beberapa komoditas ekspor diperkenalkan dan mengalami perluasan.
Yakni kopi, teh, kayu manis, dan lada yang ditanam di lahan hak milik rakyat.
b. Jumlah produksi dan ekspor tanaman perkebunan semakin meningkat.
Hal ini nyatanya berhasil membawa Hindia Belanda menjadi salah satu negara produsen utama beberapa komoditas ekspor yang dikirim ke pasar Eropa.
Di antaranya adalah kopi, tebu, tembakau, dan lada.
c. Dengan masukkan pengetahuan dan alat perkebunan dari Barat, petani dapat menguasai teknologi budidaya tanaman baru.