1. Orang awam (umum)
Pada tingkatan ini, seseorang beribadah kepada Allah SWT dengan tujuan untuk mencari dan menghitung keuntungan dunia dan akhirat.
Contohnya tingkatan ikhlas orang awam yakni seseorang melakukan ibadah shalat atau memberi shadaqah kepada anak yatim dengan tujuan ingin agar badannya sehat, hartanya banyak, mendapat bidadari dan nanti di akhirat masuk surga.
2. Orang khawash (khusus)
Pada tingkatan ini, seseorang beribadah hanya untuk mencari keuntungan akhirat sehingga bukan lagi berorientasi pada keuntungan dunia.
Seseorang pada tingkatan ini beribadah sambil hatinya berharap untuk memperoleh pahala, surga, dan semua hal yang berorientasi pada akhirat.
3. Orang khawashul khawas (luar biasa)
Seseorang dikategorikan masuk dalam tingkatan ini apabila ia beribadah tidak ada motivasi apa pun, kecuali mengharap ridha dari Allah SWT.
Orang khawashul khawas beribadah setiap hari bukan sebagai kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan sebagai seorang hamba.
Dengan kata lain, orang tersebut beribadah tidak lagi didasari keinginan dunia maupun akhirat, melainkan didasari oleh rasa mahabbah (cinta) dan rindu kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, seseorang pada tingkatan ini dikatakan telah mencapai kenikmatan dalam setiap ibadah yang dikerjakan.
Baca juga: Bacaan Surat Pendek Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas, Al Quraisy, Al Kautsar, dan Al Maun
Lantas, bagaimana cara agar dapat memiliki sifat ikhlas?
Masih dikutip dari sumber yang sama, Imam Dzun Nun menjelaskan cara agar dapat memiliki sifat ikhlas yaitu harus bersungguh-sungguh, sabar serta terus menerus atau istiqamah dalam beramal sehingga akan terbiasa dengan perbuatan baik.
Menurut Imam Dzun Nun, terdapat tiga ciri seseorang yang ikhlas dalam beramal yaitu meliputi: