TRIBUNNEWS.COM - Sejarah awal mula berdirinya organisasi Boedi Oetomo sebagai tonggak kebangkitan nasional.
Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908 oleh para pelajar STOVIA di bawah pimpinan R. Soetomo.
Berdirinya Boedi Oetomo menjadi tonggak baru kebangkitan nasional.
Hingga tanggal berdirinya Boedi Oetomo ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional Indonesia yang diperingati setahunnya.
Lantas bagaimana awal mula berdirinya Boedi Oetomo?
Simak sejarah berdirinya organisasi Boedi Oetomo, mengutip buku Sejarah kelas 11 Kurikulum Merdeka dan laman Kemendikbud.
Baca juga: Kunci Jawaban PKN Kelas 8 Halaman 81 Semester 2, Aktivitas 4.2: Peran Boedi Oetomo di Indonesia
Sejarah Berdirinya Boedi Oetomo
Boedi Oetomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA seperti yang telah disebutkan tadi.
Boedi Oteomo didirikan di Jakarta pada 20 Mei 1908.
Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan, serta tidak bersifat politik.
Berdirinya Boedi Oetomo tidak terlepas dari peran dr. Wahidin Sudirohusodo, alumni STOVIA.
STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) merupakan sekolah kedokteran yang didirikan Belanda dipenghujung abad-19.
Salah seorang pelajar STOVIA, Wahidin bertemu dengan dr. Sutomo dan Suraji untuk mengemukakan ide-idenya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Wahidin mengunjungi sekolah lamanya STOVIA pada tahun 1907.
Di depan para mahasiswa sekolah kedokteran tersebut ia menyerukan agar mereka membentuk organisasi untuk mengangkat derajat bangsa.
Setelah pertemuan tersebut dr. Sutomo pun mengadakan pertemuan secara nonformal dengan pelajar-pelajar STOVIA.
Tujuannya untuk membahas berdirinya organisasi yang bersifat nasional.
Baca juga: Sejarah Penentuan Wilayah Indonesia hingga Batas-batasnya
Pertemuan itu pun membuahkan hasil yang positif, yaitu lahirnya “Perkumpulan Boedi Oetomo”.
Soetomo tertarik dengan ide tersebut yang kemudian bersama sejumlah pemuda lain mendirikan Boedi Oetomo di Batavia pada 20 Mei 1908.
Boedi Oetomo selaku organisasi pelajar ini secara samar-samar merumuskan tujuannya untuk kemajuan Tanah Air.
Berdirinya organisasi ini diharapkan dapat menjangkau semua masyarakat Tanah Air seluruhnya.
Sebab sebelumnya ruang geraknya yang semula hanya terbatas di Pulau Jawa dan Madura.
Pendiri Boedi Oetomo dengan tidak memerhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin, dan juga agama.
Boedi Oetomo tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik.
Bidang kegiatan yang dipilihnya adalah pendidikan dan kebudayaan.
Karena hanya bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan.
Ada beberapa anggotanya seperti dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) keluar dari Boedi Oetomo.
Sebab, mereka menginginkan gerakan yang lebih militan dan langsung bergerak dalam bidang politik.
Namun, Boedi Oetomo tetap berpegang teguh pada prinsipnya untuk berjuang di bidang sosial-budaya dan pendidikan.
“Biar lambat asal selamat daripada hidup sebentar mati tanpa bekas”, itulah semboyan Boedi Oetomo yang menggunakan filsafat Pohon Beringin.
Meski tumbuhnya lambat, semakin lama semakin besar, kokoh, dan rindang.
Baca juga: Sejarah Kongres Perempuan Pertama: Diperingati Sebagai Hari Ibu Nasional Setiap 22 Desember
Meskipun Boedi Oetomo tidak langsung terjun ke bidang politik, namun semangat dan pemikiran para anggotanya.
Semangat itu telah menjadi pemicu api perjuangan untuk melepaskan bangsa ini dari jajahan kolonialisme.
Hingga berkembang menjadi organisasi pemuda pribumi pertama yang berjalan baik di Indonesia.
Berdirinya organisasi ini memicu semangat pergerakan nasional yang dibuktikan dengan banyak berdirinya organisasi politik.
Seperti Sarekat Islam, Perhimpunan Indonesia, Indische Partij, Muhammadiyah, dan masih banyak yang lainnya.
Perjuangan Boedi Oetomo telah mengubah perjuangan bangsa Indonesia yang awalnya secara dilakukan secara fisik menjadi perjuangan secara diplomatis.
Dibentuknya Boedi Oetomo juga mengubah perjuangan yang bersifat kedaerahan menjadi bersifat nasional.
Terakhir, Boedi Oetomo telah memprakarsai satu hal yang paling penting.
Yaitu membangkitkan semangat nasional untuk mencapai Indonesia merdeka.
Organisasi ini berakhir pada tahun 1935 ketika bergabung dengan Parindra.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)