TRIBUNNEWS.COM - Fakta-fakta perubahan lingkungan akibat pemanasan global atau peningkatan suhu permukaan bumi.
Pemanasan global merupakan gejala peningkatan rata-rata suhu permukaan bumi.
Berdasarkan analisis data yang dihimpun oleh para ilmuwan di Institut Goddard NASA untuk Studi Luar Angkasa (GISS), bumi telah mengalami peningkatan suhu
global rata-rata lebih dari 1 derajat Celcius sejak 1880.
Badan Meteorologi Dunia (WMO) memprediksi kenaikan suhu udara hingga 1,5 derajat Celcius pada 2024.
Dikutip dari Buku IPA Kelas 10 SMA, inilah fakta-fakta perubahan lingkungan akibat pemanasan global:
Baca juga: Komponen Biotik dan Abiotik pada Ekosistem: Saling Berhubungan Melalui Siklus Materi
- Peningkatan Suhu Permukaan Laut
Berdasarkan badan pengamat kondisi samudera dan atmosfer Amerika, NOAA, pada 2019 suhu samudera mengalami peningkatan sebesar 0,02 derajat Celcius.
Tahun 2019 tercatat menjadi suhu permukaan laut tertinggi, yang peningkatannya mencapai 2-3 derajat Celcius.
Pemanasan global terjadi hingga kedalaman 700 meter dari permukaan laut hingga menyebabkan ekosistem laut sensitif terhadap peningkatan suhu.
Selain itu, meningkatnya suhu perairan menyebabkan karang mengalami pemutihan (bleaching).
Hal ini membuat karang sulit tumbuh dan rentan penyakit sehingga terjadi kematian masal.
Diketahui, karang merupakan habitat berbagai biota laut.
Ketika karang mengalami kerusakan, berarti kehidupan biota laut lainnya terancam.
- Menghilangnya Salju Abadi di Pegunungan Puncak Jaya, Papua
Salah satu tempat di Indonesia yang diselimuti lapisan salju ialah pegunungan Jaya Wijaya, Papua.
Di Pegunungan Jaya Wijaya, terdapat puncak Cartenz yang termasuk dalam tujuh puncak tertinggi di dunia.
Kini, hamparan es yang disebut-sebut sebagai salju abadi itu tak lagi abadi.
Pada 1850, gletser memiliki luasan 19,3 km2, kemudian tahun 2018, luasan gletser tersebut hanya tersisa 0,5 km2.
Peristiwa berkurangnya salju abadi dari Pegunungan Jaya Wijaya ini menjadi salah satu gejala peningkatan suhu global benar-benar terjadi.
Sebab, gletser tropis sangat rentan atau sensitif terhadap perubahan suhu.
Peristiwa mencairnya es gletser Pegunungan Jaya Wijaya ini akan berdampak pada kuantitas dan kualitas air di daerah tersebut, seperti perubahan debit air, suhu air, dan lain-lain.
Perubahan kuantitas dan kualitas air tersebut dapat mengganggu ekosistem air tawar.
- Mencairnya Es di Kutub
Sekitar 90 persen bagian hamparan daratan es di dunia berada di Antartika, sedangkan 10 persen bagian sisanya berada di lapisan es Greenland.
Es Antartika dan Greenland memiliki peran penting sebagai penutup pelindung Bumi dan lautan, tampak seperti hamparan atau bintik berwarna putih cerah.
Fungsi hamparan putih es tersebut adalah untuk memantulkan kembali panas berlebih menuju ke luar angkasa agar suhu bumi terjaga
Hal tersebut juga menyebabkan kutub utara lebih dingin dibandingkan bagian bumi lainnya, sehingga hilangnya es di kutub dapat memperburuk kondisi peningkatan suhu di dunia.
Diketahui, persentase penurunan rata-rata luas es per dekade dalam rentang waktu Januari 1979 hingga 2014 sebesar 3,2 persen.
Bumi telah kehilangan sekitar 28 triliun ton antara tahun 1994 sampai 2017.
Kemudian, jejak muka gletser tersebut memberi gambaran informasi proses peningkatan suhu bumi dari waktu ke waktu.
Baca juga: Apa Itu Ekosistem? Simak Pengertiannya Menurut Para Ahli
Perubahan kondisi gletser es di kutub dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup mahkluk hidup yang hidup di daerah tersebut.
Buntut berkurangnya dataran es di kutub membuat beruang kutub terpaksa mencari makanan di daratan akibat es di atas lautan banyak yang telah mencair.
Berkurangnya wilayah tempat berburu beruang es tentunya mempersempit peluang bertahan hidup sehingga menurunkan populasi hewan ini.
- Kenaikan Permukaan Laut
Kenaikan permukaan air laut berakibat mencairnya es di kutub, sebab air limpasan pencairan es tentu akan bermuara di laut, dan meningkatkan ketinggian permukaan air laut.
Menurut data yang dirilis oleh NASA, kenaikan permukaan air laut secara global meningkat sebesar 97 mm dengan rata-rata peningkatannya adalah 3,3 mm per tahun.
Dampak peningkatan ketinggian permukaan air laut ini akan sangat dirasakan bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di pesisir laut.
Sebab akan mengalami bencana banjir rob dan kenaikan permukaan air yang lebih tinggi saat terjadi pasang akan sering terjadi.
(Tribunnews.com/Pondra Puger)