Guru besar di Universitas Udayana yang juga juri Hadiah Rancagé ini sangat mengapreasiasi kiprah para penulis bahasa daerah.
Acara ini juga dihadiri oleh George Quinn, peneliti bahasa Jawa dari Australia. Pada tanggal sebelumnya, Queen juga mengisi acara “Beyond Bahasa: Regional Languages in Indonesian Literature” bersama Safrina Noorman dan para pemenang Hadiah Sastra Rancagé.
Queen menyatakan bahwa sastra lokal memiliki peranan penting dalam perkembangan sastra nasional di Indonesia.
Penyerahan Hadiah Sastera Rancagé setiap tahun tak lepas dari peranan mending Ajip Rosidi yang menggagas kegiatan tersebut.
“Berbicara tentang kebudayaan daerah, kita akan selalu mengingat satu sosok yang begitu teguh memperjuangkan kebudayaan, yaitu mendiang Ajip Rosidi,” kata Rudiantara, Dewan Pembina Yayasan Rancagé, yang menyampaikan pidato kebuduyaan melalui rekaman video.
Jauh sebelum ada rumusan pokok-pokok pikiran kebudayaan daerah, Ajip Rosidi telah menyusun ensiklopedi etnis pertama.
Upaya ini bukan sekadar pencatatan pikiran-pikiran budaya, melainkan upaya untuk memperkenalkan unsur penting suatu budaya melalui penjelasan yang ringkas dan terarah.
“Yayasan Kebudayaan Rancagé telah mengembangkan gagasan ensiklopedi etnis tersebut ke dalam bentuk baru,” lanjut Rudi.
Ensiklopedi ini berbasis digital dan dinamai Rancagépédia, dikemas menggunakan narasi singkat, dilengkapi dengan gambar atau video pendek.
Dengan tetap berpegang pada nilai-nilai leluhur, melalui kolaborasi, inovasi, dan adaptasi, kebudayaan daerah akan dapat bertahan dan terus berkembang.