4. Olah Rasa dan Karsa (Karakter Merah)
Olah rasa dan karsa merupakan karakter yang komunikatif, kreatif, serta antusias atau bersemangat.
Pandai bergaul, bermasyarakat dan menggalang kerja sama juga menjadi ciri karakter ini.
Menurut konsep karakter holistik, olah rasa dan karsa dapat disebut sebagai karakter merah.
Baca juga: Kunci Jawaban Post Test Modul 2, Penerapan Asesmen Kurikulum Merdeka
D. Revolusi Mental
Istilah Revolusi Mental dikemukakan pertama kali oleh Presiden Soekarno, yakni dalam pidato kenegaraan tanggal 17 Agustus 1956.
Masyarakat dunia mengenal istilah revolusi fisik dan revolusi sosial untuk merebut atau mengubah kekuasaan.
1. Konsep Revolusi Mental
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revolusi berarti “Perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang.”
Sedangkan mental adalah “Bersangkutan dengan batin atau watak manusia” Dengan demikian revolusi mental berarti perubahan yang mendasar mengenai batin atau watak manusia yang dilakukan dengan mengubah pola pikirnya secara mendasar.
Sekitar 70 tahun setelah Indonesia merdeka, Presiden Joko Widodo membangkitkan kembali gerakan revolusi mental ini.
Gerakan ini diperjelas dengan merumuskan tiga elemen atau unsurnya.
Ketiga elemen tersebut adalah integritas, etos kerja, serta gotong royong, yang saling berhubungan satu sama lainnya.
Baca juga: Kunci Jawaban Tema 1 Kelas 3 SD Halaman 107 Buku Tematik: Soal Perkalian
2. Integritas dan Etos Kerja
Integritas merupakan elemen pertama dari Gerakan Revolusi Mental. Integritas memiliki banyak pengertian yang berhubungan satu sama lainnya.
Di antaranya adalah jujur. Jadi seorang berintegritas adalah seorang yang jujur, tidak berbohong, tidak pula korupsi.
Selain itu, integritas juga berarti konsisten.
Etos kerja merupakan elemen kedua dari Gerakan Revolusi Mental. Etos kerja berarti “semangat kerja”.
Seorang dengan etos kerja tinggi adalah orang bersemangat kerja tinggi.
Seorang yang disiplin, tekun, serta pantang menyerah. Dalam revolusi mental, etos kerja yang tinggi ini berlandaskan pada integritas yang kuat.
3. Gotong Royong dalam Revolusi Mental
Jiwa gotong royong inilah yang menjadi salah satu ciri utama bangsa Indonesia.
Ciri utama ini menjadi kekuatan tersendiri bangsa Indonesia dibanding banyak bangsa lain saat mengalami kesulitan.
Kecenderungan untuk saling menolong dan saling membantu antarwarga biasanya malah makin terlihat di masa-masa sulit, seperti masa sulit menghadapi pandemi virus Covid-19 maupun saat-saat bencana.
Baca juga: Kunci Jawaban IPS Kelas 9 Halaman 147 Kurikulum Merdeka: Proyek Swasembada Beras
E. Penerapan Bekerja Sama dan Bergotong Royong
Tanpa kerja sama dan gotong royong, keluarga, lingkungan sekolah, masyarakat hingga bangsa dan negara tidak akan menjadi keluarga, lingkungan sekolah, masyarakat, serta bangsa dan negara yang baik.
Hal tersebut membuat cita-cita kemerdekaan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur tidak terpenuhi.
Karena itu, kerja sama dan gotong-royong perlu dilaksanakan secara nyata.
1. Di Lingkungan Keluarga
Yang harus dilakukan pertama adalah memahami seluruh anggota keluarga.
Dimulai dari memahami apa karakter dasar masing-masing anggota keluarga, seperti karakter biru, hijau, kuning, dan merah.
Pengenalan karakter tersebut membantu memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga dapat saling membantu.
Selanjutnya adalah memahami peran dan tugas masing-masing yang telah disepakati bersama.
Seperti tugas untuk belajar bagi siswa, termasuk belajar mandiri mengurus keperluan sendiri di rumah.
Selanjutnya adalah membantu anggota-anggota keluarga lain dalam menyelesaikan tugas di rumah.
Semakin banyak dapat membantu akan lebih baik, dengan berusaha untuk tetap mandiri menyelesaikan tugas sendiri.
Baca juga: Irjen. Pol. Dr. Akhmad Wiyagus, S.IK., M.Si., MM
2. Di Lingkungan Sekolah
Dengan memahami karakter dasar masing-masing, saling bantu antarwarga sekolah baik guru, tenaga pendidik, hingga para siswa juga lebih mudah terjadi.
Seperti memahami cara belajarnya.
Seorang berkarakter biru suka belajar dengan gambar, yang berkarakter hijau suka diterangkan, yang berkarakter kuning suka belajar dengan peraga, dan yang berkarakter merah suka belajar secara interaktif.
3. Di Lingkungan Masyarakat
Rutin berpartisipasi dalam kegiatan warga merupakan bentuk nyata penerapan kerja sama dan gotong royong di masyarakat.
Berpartisipasi tersebut perlu dilakukan baik dalam kegiatan bersama untuk membangun sarana lingkungan, kegiatan sosial, upacara adat, acara keagamaan, hingga kegiatan menyangkut hari-hari besar nasional.
4. Di Lingkungan Bangsa dan Negara
Salah satu penerapan kerja sama dan gotong royong untuk bangsa dan negara adalah berpartisipasi dalam pesta demokrasi seperti pemilihan presiden, pemilihan kepala daerah, hingga pemilihan anggota legislatif bagi setiap warga yang telah dewasa.
Kegiatan berdemokrasi merupakan salah satu bentuk gotong royong di lingkungan bangsa dan negara. Kesadaran itu perlu dimiliki sejak dini.
(Tribunnews.com/Bangkit N)