Ia beralasan dua visi itu terbalik. Seharusnya yang dibangun pertama kali adalah kegemaran membaca yang akan menuju kepada literasi tinggi. “Faktanya menunjukkan masih rendahnya minat membaca,” ucapnya.
Perpustakaan, lanjut Aminudin, adalah tempat di mana akan bisa mengembangkan kreatifitas baru sehingga tercipta ilmu baru.
Sebab, di perpustakaan bisa mengkonfirmasi kegalauan berpikir, karena disana tersedia data dan rujukan yang paling otoritatif untuk mengkonfirmasi kegalauan.
Melalui Rakornas ini, Aminudin ingin melakukan sosialisasi tentang kebijakan Perpusnas. Karena memegang peranan penting yang menjadi ujung dari renstra 2019-2024. Kemudian menjadi awal 2025-2029.
Kegiatan ini dilaksanakan secara luring (onsite) dan secara daring (online) melalui aplikasi Zoom dan live streaming Youtube.
Rakornas dengan tema “Menata Ulang Konsep dan Praktik Pembangunan Literasi”, difokuskan untuk membahas tiga isu utama, yaitu penguatan budaya baca dan literasi, pengarusutamaan naskah nusantara serta standardisasi dan pembinaan tenaga perpustakaan.
“Perlu kami laporkan pula bahwa peserta Rakornas yang direncanakan hadir sejumlah 920 orang. Kegiatan ini terbagi ke dalam 5 sesi yaitu; sesi pembukaan, sesi kebijakan, sesi berbagi, sesi pleno, dan sesi panel,” ujar Ketua Panitia Rakornas Bidang Perpustakaan, Joko Santoso.
Ia menjelaskan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN tahun 2020-2024 akan memasuki tahap akhir di tahun ini, dan Indonesia akan bersiap untuk melaksanakan RPJMN yang akan datang periode 2025-2029.