Galih menyebut bahwa guru harus lebih kreatif agar anak memiliki ketertarikan untuk membaca.
Salah satu fenomena yang banyak terjadi adalah keberadaan pojok baca yang seringkali hanya efektif menarik minat murid beberapa minggu saja, setelah itu ditinggalkan.
"Kalau mau sustain (berkelanjutan), harus memanfaatkan buku fisik dan digital yang lebih banyak pilihan, sekarang banyak platform yang menyediakan buku-buku gratis,” katanya.
Misalnya, Kemendikbudristek menyediakan berbagai buku digital di platform Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) yang bisa diakses gratis oleh murid maupun guru.
Di sisi lain, artis Sophie Navita mengatakan kunci utama untuk dalam pengajaran literasi dan numerasi adalah disiplin.
Menurut Sophie, ketika anak menginjak usia 3 tahun, maka pengenalan terhadap huruf dan angka sudah dilakukan, misalnya dengan mengajak berhitung dari angka 1 sampai 10.
Disiplin diperlukan agar anak bisa duduk dengan tenang dan menyimak apa yang diajarkan orang tua.
Baca juga: Perpusnas: Konsep Literasi Jangan Rumit Agar Penerapannya Tak Sulit
"Misalnya hari ini hanya bisa 5 detik, besok bisa lebih lama lagi, ber-progress setiap hari,” katanya.