Tiba di Lombok, diajaknya Dayu ke pemukiman suku Sasak, salah satu suku asli di Pulau Lombok.
Kebetulan, teman Bli Oka yang bernama Bli Lalu, adalah salah satu penghuni pemukiman tersebut.
Bli Lalu memberi tahu bahwa hari itu ada upacara pernikahan di pemukiman tersebut.
Dayu, adik-adiknya, dan Bli Oka datang tepat ketika upacara akan dimulai.
Sama seperti upacara pernikahan di Bali.
Hari itu, kampung Sasak penuh dengan hiasan adat. Semua orang berpakaian adat khas Sasak.
Tetapi, satu hal yang menarik perhatian Dayu adalah pertunjukan musik adatnya.
Serombongan laki-laki membawa gendang besar.
Besar sekali!
Kata teman Bli Oka, namanya Gendang Beleq. ‘Beleq’ berarti besar. Wah, sesuai dengan namanya.
Selain gendang, ada pula alat-alat musik lain yang menjadi pelengkap pertunjukan musik itu.
Ada gong, terumpang, oncer, seruling, dan pencek. Menurut cerita Bli Lalu, dulu musik Gendang Beleq ini dimainkan ketika berperang, untuk memberi semangat pada prajurit.
Sampai sekarang, beberapa atribut adat dalam memainkan musik ini tidak ditinggalkan. Pemusik harus menggunakan sapo (ikat kepala), bebet (kain pelapis pinggang), dan dodot (ikat pinggang) yang bercorak batik.
Dayu dan adik-adik senang sekali melihat pertunjukan musik Gendang Beleq.