News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kurikulum Merdeka

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 6 Halaman 64-68 Kurikulum Merdeka: Membaca Catatan Perjalanan

Penulis: Indah Aprilin Cahyani
Editor: Febri Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka halaman 64 65 66 67 68 dapat disimak di dalam artikel ini.

Sekitar pukul tiga sore, petugas meletakkan dua karung buah-buahan dan satu baskom besar susu di panggung. Kami termasuk beruntung karena bisa bertemu dengan Gundul, orang utan penguasa Tanjung Harapan.

Saat musim buah seperti ini, tidak banyak orang utan yang datang ke tempat pemberian makan karena mereka sudah cukup kenyang dengan buah-buahan di alam liar. Selain Gundul, ada beberapa orang utan dan bayi mereka yang ikut nimbrung minum susu, tentu dengan seizin si penguasa.

Sejam kemudian kami kembali naik ke kelotok dan mulai berburu Bekantan. Bekantan atau Proboscis Monkey adalah monyet yang berhidung panjang, yang merupakan endemik di Tanjung Puting. Kami menemukan banyak bekantan yang nongkrong di pucuk pohon, menunggu matahari terbenam. Selanjutnya kami makan malam ditemani kerlip kunang-kunang.

Hari Kedua

Jadwal kami pada pagi hari adalah mengunjungi Pondok Tanggui. Sambil sarapan roti panggang, kelotok kami tetap berjalan menyusuri sungai. Sekitar dua jam kemudian kami sampai di dermaga Pondok Tanggui. Trek menuju tempat pemberian makan sekitar satu kilometer. Belum sampai ke tempat pemberian makan, kami sudah melihat orang utan yang bersantai di pohon bersama bayinya.

Pemandu wisata kami, Pak Safei memberi tahu kami, “Itu Rini, dan dua bayinya, Ricak dan Robby.”

Ternyata tidak ada orang utan yang datang saat pemberian makan di Pondok Tanggui. Dari Pondok Tanggui kami melanjutkan perjalanan ke Camp Leakey, sekitar dua jam dengan kelotok. Perjalanan dari dermaga Camp Leakey menuju tempat pemberian makan cukup jauh, perlu waktu 45 menit berjalan dengan kecepatan sedang.

Adikku yang kemarin masih senang-senang saja berjalan di hutan, kali ini mengeluh. “Aku capek. Siapa yang mau gendong aku?”

Di Camp Leakey kami bertemu dengan Tom. Penguasa hutan ini umurnya 35 tahun dan punya kekuatan delapan orang dewasa. Aturan di sini, kita tidak boleh dekat-dekat dengan orang utan, apalagi mengajak swafoto. Ingat, ini habitat asli mereka, bukan kebun binatang.

Setelah bertemu Tom, kami sempatkan singgah di pusat informasi untuk melihat foto-foto dan pengetahuan tentang orang utan. Dari sini aku tahu kalau 97 persen DNA orang utan sama dengan DNA manusia. Di sebelah pusat informasi adalah rumah Prof. Birute Galdikas yang pertama kali meneliti orang utan di Tanjung Puting sejak tahun 1971. Pemandu kami mengatakan bahwa penduduk di sekitar taman nasional sangat menghormati Prof. Birute dan memanggilnya ibu. “Semua orang mematuhi perintah ibu untuk tidak mengambil ikan di area taman nasional,”
tambah Pak Safei.

Malamnya kami melihat gerhana bulan dari dek kelotok. Pemandangan malam di hutan tanpa polusi cahaya seperti di kota tampak indah sekali.

Hari Ketiga

Hari ini kami sudah harus kembali ke kota, meninggalkan sungai dan hutan yang tenang dan damai. Sarapan dihidangkan pukul tujuh. Kemudian pukul sembilan kami berangkat menuju Desa Sekonyer untuk berjalan-jalan dan melihat suasana desa di tepi Sungai Sekonyer ini. Dulu, penduduk tinggal di dalam taman nasional, tapi kemudian dipindah ke sini. Beberapa penduduk membuat kerajinan tangan yang dijual untuk turis yang datang.

Apakah kalian suka catatan perjalanan itu? Sekarang, jawablah pertanyaanpertanyaan ini, ya!

Gambar Buku Bahasa Indonesia Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka Halaman 68
Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini