News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kurikulum Merdeka

Kunci Jawaban Pendidikan Pancasila Kelas 9 SMP Halaman 128 Kurikulum Merdeka: Ayo, Menganalisis

Penulis: Gabriella Gunatyas
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Inilah kunci jawaban Pendidikan Pancasila kelas 9 SMP halaman 128 Kurikulum Merdeka.

TRIBUNNEWS.COM - Berikut kunci jawaban mata pelajaran Pendidikan Pancasila kelas 9 SMP/MTS halaman 128 Kurikulum Merdeka.

Pada materi pembahasan mata pelajaran Pendidikan Pancasila kelas 9 SMP halaman 128, siswa akan membahas tentang teks yang berjudul Bahasa Ibu yang Dirindu.

Sebelum mengerjakan latihan soal di halaman 128, siswa terlebih dulu harus membaca materi yang tersaji di halaman 126 hingga 127.

Mengacu dari teks tersebut, siswa akan mengerjakan latihan soal di halaman 128 kolom Ayo Menganalisa.

Kunci jawaban Pendidikan Pancasila kelas 9 SMP halaman 128 Kurikulum Merdeka:

Bahasa Ibu yang Dirindu

Oleh: Wisnu Dewabrata, Nawa Tunggal, dan Fransisca Romana Ninik

Sejumlah keluarga meyakini bahwa keterampilan berbahasa daerah meletakkan fondasi yang kuat dalam pergaulan anak-anak mereka di tahap selanjutnya. 

Kecakapan itu dinilai mendukung masa depan sang anak.

Mellani (39), warga Jakarta keturunan Minang, mengajarkan bahasa Minang kepada anaknya melalui percakapan sehari-hari. 

”Aku dan suami masih bisa bicara bahasa Minang. Aku sampai SMA masih di kampung yang masih menuturkan bahasa Minang dalam keseharian. Suamiku, meskipun besar di Riau, keluarganya masih berbahasa Minang. Sejak menikah sampai sekarang mempunyai anak, kami bicara bahasa Minang di rumah,” tuturnya. 

Putranya, Hudzaifah (11), kini cukup lancar berbahasa Minang meskipun masih ada kata atau kalimat yang belum dia pahami. 

Baca juga: Kunci Jawaban Pendidikan Pancasila Kelas 9 SMP Halaman 117 118 Kurikulum Merdeka: Ayo Mengamati

Dia kadang menyeletuk atau berkomentar secara spontan memakai bahasa Minang. Dengan terampil berbahasa daerah, pergaulan si anak makin luas.

Misalnya saat berada di kampung halaman, berkumpul bersama keluarga besar, atau kelak ketika si anak hidup merantau.

Ini pula yang dipegang Lenti Sitorus (45), warga Jakarta keturunan Batak.

”Dari dulu, aku sudah bercita-cita ingin menikah dengan orang Batak asli dari kampung supaya identitas sebagai orang Batak nggak hilang. 

Memang bahasa Batak yang kami pakai sekarang masih kategori pasif, tetapi asal sama-sama dipahami,” katanya.

Sementara sutradara film Nia Dinata malah mengenal bahasa Jawa dari putra bungsunya, Gibran Papadimitriou (18). 

Sebagai keturunan Sunda-Minang, Nia paham kedua bahasa daerah itu, tetapi tidak demikian dengan bahasa Jawa. 

”Darah Jawa saya cuma seperempat, dari nenek buyut saya yang asli Yogyakarta,” ujarnya sambil tertawa.

Gibran lahir dan besar di Jakarta. Ayahnya keturunan Yunani Indonesia. 

Gibran kecil rupanya tertarik dengan dunia wayang. Dia belajar mendalang pada usia 11 tahun dan kini menjadi dalang. Dia fasih berbahasa Jawa kromo atau halus. 

Nia menuturkan, di rumah, anaknya sering berbahasa Jawa halus, baik untuk meminta maupun mengekspresikan sesuatu. Sekarang, Gibran tengah kuliah di Yogyakarta.

”Kami tidak melarang, bahkan mendukung dia. Dari menunggui Gibran belajar mendalang, saya jadi tahu ada bahasa Jawa kromo, Jawa ngoko. 

Tetapi kalau dia sudah ngomong bahasa Jawa kromo, saya minta, tolong dong, terjemahkan,” kata Nia.

Metafora

Di mata Hartati, seniman tari dari Minang, banyak metafora yang berharga dalam bahasa ibunya sehingga dia sebisa mungkin mengajarkan bahasa Minang kepada anak-anaknya. 

Metafora berbahasa Minang ”raso jo pareso” kerap disampaikan di tengah keluarga. 

Metafora itu menanamkan cara berinteraksi dengan orang lain, yakni tahu dan menghargai lawan bicara dengan tidak menyinggung perasaannya.

Hartati mengungkapkan metafora lain, ”lawak di awak katuju dek urang”. 

”Ini ajaran toleransi, betapa kita harus menimbang kata dan tindakan agar tidak berbuat salah dan menyinggung perasaan orang lain,” ujar Hartati.

Di tengah aneka etnik di Jakarta, berbahasa ibu juga menyejukkan perasaan Beiby Sumanti, seniman musik tradisional Minahasa dan aktivis sosial asal Tondano, Sulawesi Utara. 

Ia merantau ke Jakarta sejak 1979 dan selalu menggunakan bahasa ibunya untuk berkomunikasi sehari-hari. 

Tahun 1989, Beiby mendirikan Sanggar Bapontar, sanggar musik kolintang.

”Sejak awal kami berkomitmen bersama untuk selalu menggunakan bahasa Manado. Ada perasaan kedekatan sebagai keluarga. 

Bagi sesama perantauan, bahasa Manado jadi obat homesick atau rindu kampung halaman,” ucapnya.

Beiby membuat kaos dengan tulisan bahasa Manado ”kita bukang kaki gatal maar suka bapontar” untuk souvenir dan mendapatkan tanggapan bagus dari rekan-rekannya. 

Tulisan itu bermakna ’kaki kita (saya) bukan gatal, tetapi senang jalan-jalan’. 

”Ini bermakna tentang kesukaan merantau atau menjelajah ke luar Manado,” imbuh Beiby.

Banyak studi telah menunjukkan manfaat bagi seseorang yang menguasai bahasa ibunya. 

Tak heran, sejak tahun 1953, UNESCO pun mendorong pendidikan awal untuk anak-anak menggunakan bahasa ibu.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut, kunjungi laman https://buku.kemdikbud.go.id/s/ bahasaibu-dirindu atau pindai kode QR di samping.

Ayo, Menganalisis

1. Berdasarkan berita di atas, apa saja tantangan melestarikan bahasa ibu atau daerah bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan?

2. Bagaimana cara setiap keluarga mengajarkan dan membiasakan bahasa daerah di lingkungan keluarga?

3. Bagaimana penggunaan bahasa daerah di wilayahmu? Apakah masih tetap dilestarikan?

4. Menurutmu, bagaimana cara efektif untuk melestarikan bahasa daerah di kalangan generasi muda?

Jawaban:

1. Tantangan saat ini untuk melestarikan bahasa ibu dan daerah bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan yaitu, tantangan besar adalah kurangnya kesadaran tentang pentingnya melestarikan bahasa daerah dan di perkotaan banyak orang yang menggunakan bahasa nasional ataupun internasional yang dimana saat kita menggunakan bahasa ibu mereka tidak mengerti apa yang kita bicarakan.

2. Beberapa cara yang bisa dilakukan keluarga untuk mengajarkan bahasa daerah:

Menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa yang digunakan sehari-hari di rumah

- Membacakan buku anak-anak dan cerita dalam bahasa daerah

- Ajak anak-anak untuk menghadiri acara-acara budaya atau festival yang menampilkan bahasa daerah 

- Ajarkan anak-anak tentang pentingnya melestarikan bahasa daerah dan bagaimana bahasa tersebut merupakan identitas budaya mereka.

3. Di wilayah saya itu menggunakan bahasa melayu digunakan untuk bahasa sehari-hari dan sampai sekarang itu masih dilestarikan

4. Beberapa cara yang dinilai efektif untuk melestarikan bahasa daerah:

- Memasukkan pelajaran bahasa daerah ke dalam kurikulum sekolah

- Gunakan bahasa daerah di rumah

- Dapatkan buku dan materi pembelajaran dalam bahasa daerah

- Gunakan media lokal dan teknologi untuk mempromosikan bahasa daerah.

*) Disclaimer:

- Kunci jawaban di atas hanya digunakan oleh orang tua atau wali untuk memandu proses belajar siswa.

- Siswa diharapkan mengerjakan latihan soal terlebih dahulu sebelum melihat kunci jawaban.

(Tribunnews.com/Gabriella)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini