"Semoga Indonesia bisa ikut Piala Dunia, ya," ujar Masashi yang selalu menghadiri lima Piala Dunia terakhir.
Sepintas saya jadi teringat beberapa hari lalu.
Saat sedang berada di eskalator sebuah stasiun Metro, bertemu dengan dua orang asal Armenia.
Mereka tanya asal saya dan saya sedikit malu ketika menjawab pertanyaan mereka, "Tim Indonesia ikut Piala Dunia?"
Baca: Yaroslav, Warga Moskow yang Cinta Raja Ampat
Saya bilang Timnas Indonesia punya pekerjaan rumah yang terlalu banyak untuk bisa menembus Piala Dunia.
Kualitas Timnas Indonesia, suka tidak suka, harus diakui berada jauh di belakang tim-tim lain di Asia, termasuk Jepang.
Namun demikian, Masashi menunjukkan optimismenya.
Dia bilang, bangsa Jepang juga dulu pernah tertinggal jauh dalam berbagai hal, termasuk sepak bola.
"Dulu tim kami justru jauh di belakang kalian," ujar Masashi.
Pada faktanya, persepakbolaan Jepang tidak ada apa-apanya dibandingkan Indonesia pada era 1980-an.
Namun demikian, Jepang mengambil sebuah langkah konkret yang membuat persepakbolaannya berkembang pesat.
Termasuk hal pertama yang mereka lakukan adalah mengganti kompetisi liga yang dibangun pada 1965 menjadi liga profesional alias J-League pada 1991.
Mereka mendatangkan pemain-pemain bernama besar untuk menarik atensi dunia.
Satu di antaranya adalah Zico, legenda sepak bola Brasil.