Pada faktanya persepakbolaan Jepang tidak ada apa-apanya dibandingkan Indonesia pada era 1980-an. Namun demikian, Jepang mengambil sebuah langkah konkret yang membuat persepakbolaannya berkembang pesat.
Termasuk hal pertama yang mereka lakukan adalah mengganti kompetisi liga yang dibangun pada 1965 menjadi liga profesional alias J-League pada 1991. Mereka mendatangkan pemain-pemain bernama besar untuk menarik atensi dunia.
Satu di antaranya adalah Zico, legenda sepak bola Brasil. Cara ini yang kemudian diikuti oleh China, Amerika Serikat, dan India dal beberapa tahun belakangan ini dalam meningkatkan pamor kompetisi domestik mereka. Jepang membangun sebuah kompetisi yang digarap secara profesional dan kompetitif.
Namun demikian, hal terpenting dari strategi ini adalah pengembangan pemain di level dini. Jepang serius dalam mengembangkan sepak bola usia dini sehingga menghasilkan pemain-pemain berkualitas bagus. Ini sejalan dengan kompetisi profesional yang bagus. Pemain-pemain tersebut kemudian dipasok ke klub-klub profesional Jepang.
Tim nasional Jepang pertama kali mengikuti Piala Dunia pada 1998. Sejak saat itu mereka tak pernah absen di turnamen sepak bola paling akbar ini. Mereka menuai hasil pengembangan serius persepakbolaannya.
Bagaimana dengan tim nasional Indonesia? Sejak Indonesia merdeka, tim nasional Indonesia belum pernah tampil di Piala Dunia. Satu-satunya kebanggaan adalah pernah tampil di Piala Dunia 1938 sebagai tim Hindia Belanda.
Mimpi tampil di Piala Dunia selalu digelorakan. Pengembangan sepak bola usia dini selalu dibahas. Hasilnya belum terlihat sampai sekarang.
Namun demikian, jangan pernah takut bermimpi besar. Tim nasional Indonesia masih punya peluang menembus Piala Dunia. Terdekat adalah Piala Dunia 2022 di Qatar dan 2026 di Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko.
Tim nasional kita bisa juga berpartisipasi di Piala Dunia 2030. Status sebagai tuan rumah bisa membuka jalan itu. (Tribunnews/deo)