"Saya lebih suka pergi sendiri supaya lebih rileks. Kalau suami ikut, saya harus mengurus dia juga seperti hari-hari biasa," ujar Darya lalu tertawa.
Kalah Bersaing
Darya bekerja paruh waktu di kedai kopi ini. Baginya ini adalah pekerjaan sampingan. Biasanya dia bekerja sebagai guru di sebuah sekolah dasar. Mengajar sekaligus jadi kesempatan praktik ilmu pendidikan usia dini yang dia tempuh.
Kedai kopi tempat dia bekerja baru setahun berdiri, namun usianya bakal hanya seumur jagung. Menurut Darya kedai kopi tempatnya bekerja akan berhenti beroperasi pada 15 Juli mendatang. Pemilik kedai kopi telah menutup satu kedai di kawasan Kruznetkaya.
"Ini akibat kompetisi. Di mana-mana banyak kedai kopi. Ini hal yang biasa terjadi di kota-kota besar Rusia seperti di Moskow. Kedai kopi kecil seperti ini banyak yang tutup," tutur Darya.
Bagi orang Rusia, kopi adalah bagian dari gaya hidup mereka. Darya sampai menyebut minum kopi adalah ritual bagi orang Rusia. Namun demikian, menjamurnya kedai kopi di kota-kota besar membuat persaingan bisnis makin sengit. Berbisnis kedai kopi cukup berisiko di sini.
"Ritual kami setiap pagi adalah minum kopi. Kami minum kopi sambil berjalan kaki ke mana saja," kata Darya.
Piala Dunia 2018 tidak berdampak positif kepada penjualan kedai-kedai kopi kecil di Rusia. Tidak semua wisatawan asing yang datang memiliki ritual yang sama. Selain itu, letak kedai kopi sangat berpengaruh.
"Kedai ini berada di tempat yang sepi, meskipun letaknya masih di pusat kota dan sangat dekat dari stasiun Metro," ujar Darya. (Tribunnews/deo)