Simon menilai Rusia kini menjadi negara yang maju, sama seperti negara-negara di Eropa Barat. Satu hal yang membuat Simon terkesan adalah sistem transportasinya yang modern.
"Kita cukup kaget melihat masyarakat Rusia begitu ramah kepada semua pencinta bola yang datang dari seluruh dunia," kata Simon yang menyaksikan pertandingan Belgia melawan Tunisia, Jerman melawan Korea Selatan, Prancis melawan Denmark, Prancis melawan Argentina, dan Spanyol melawan Rusia.
Simon melihat masyarakat Rusia berusaha menghilangkan kesan dingin, kaku, dan kejam lewat Piala Dunia 2018.
Masyarakat di sini berusaha tersenyum, menyapa semua turis yang datang.
"Saya tidak tahu apakah mereka mendapat pelatihan atau tidak sebelumnya, tapi hampir di semua tempat mereka berusaha tersenyum, meskipun ada beberapa yang terlihat pura-pura tersenyum. Kultur mereka tidak bisa diubah," kata pria 48 tahun itu.
Empat tahun lagi Piala Dunia akan digelar di Benua Asia, tepatnya di Qatar. Simon berharap bisa datang ke Qatar untuk kembali merasakan atmosfer Piala Dunia.
Namun demikian, Simon ragu apakah semua pencinta sepak bola bisa merasa nyaman berada di Qatar karena suhu yang sangat panas di sana.
Setidaknya, Simon kini memiliki modal berarti untuk kembali menghadiri Piala Dunia empat tahun lagi.
Piala Dunia 2018 menjadi pelajaran yang sangat berarti untuk Simon. Pelajaran terpenting adalah terkait tiket pertandingan.
Selama di Rusia Simon melihat tiket-tiket pertandingan bisa diperjual-belikan secara mudah lewat jasa perantara.
Meski memudahkan pencinta sepak bola yang belum memiliki tiket, kekurangannya adalah harga tiket pertandingan yang menjadi lebih mahal.
"Kalau bisa dari awal bisa semua tiket yang akan kita tonton, akan lebih nyaman karena harga di perantara tiket akan lebih tinggi," kata Simon. (Tribunnews/deo)