TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Ketika masih kecil, Dejan Lovren harus merasakan kekejaman perang dan memaksanya untuk mengungsi ke Jerman.
Dibalik prestasi cemerlanganya sebagai pemain sepak bola, Dejan Lovren mempunyai cerita kelam yang terjadi saat dia masih kecil.
Musim lalu, Lovren berhasil membawa Liverpool tampil di final Liga Champions.
Kini, pemain internasional Kroasia tersebut juga berhasil tampil di final di kompetisi yang lebih besar, Piala Dunia 2018.
Namun, di balik itu semua, pemain 29 tahun ini pernah mengalami masa-masa kelam ketika masih belia.
Perang bosnia yang terjadi dari tahun 1992 hingga 1995 sedikit banyak memberikan kenangan yang pahit untuk pemain bertahan ini.
Lovren terlahir dari orang tua berdarah Kroasia di sebuah kota yang bernama Zenica, kota ini dulu masuk di wilayah SFR Yugoslavia, dan sekarang kota ini berada di daerah administrasi Bosnia & Herzegovina.
Lovren bahkan masih ingat akan kekejaman yang dilihatnya saat perang berlangsung.
"Zenica diserang karena itu adalah kota yang lumayan besar. Namun, di daerah-daerah yang lebih kecil, kekejaman terjadi lebih parah. Orang-orang dibunuh dengan kejam. Adik paman saya dibunuh menggunakan pisau didepan orang-orang. Itu adalah masa-masa yang sulit," ucap Lovren.
Keluarga Lovren harus terpaksa mengungsi dari Yugoslavia ke Muenchen, Jerman, karena meletusnya perang Bosnia dimana pada waktu itu Lovren masih balita.
"Saya ingat sirine terdengar begitu keras. Ibu saya menggandeng saya ke ruang bawah tanah, saya tidak tahu berapa lama kami duduk disana," ucap Lovren.
"Kami sekeluarga lantas naik mobil untuk menuju Jerman. Kami meninggalkan semuanya - rumah, toko kecil kami, hingga makanan. Kami hanya membawa satu tas dan langsung menuju Jerman."
"Kami sangat beruntung, kakek saya bekerja di Jerman, sehingga kami dapat memperoleh surat-surat yang kami butuhkan untuk tinggal di sana."
Setelah tujuh tahun hidup di Jerman, Keluarga Lovren harus kembali ke tanah airnya.